Desa wisata merupakan salah satu konsep dalam pengembangan industri pariwisata di kawasan pedesaan yang menyajikan keaslian dari aspek adat istiadat, sosial budaya, keseharian, fasilitas pendukung serta struktur tata ruang desa. Salah satu desa di Indonesia yang memiliki potensi desa wisata adalah Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Desa Wisata Tulungrejo memiliki berbagai pariwisata yang disediakan baik buatan maupun alam. Desa Wisata Tulungrejo menyediakan paket desa wisata guna mempermudah wisatawan jika akan berkunjung untuk berwisata. Namun, promosi yang dilakukan hanya mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut atau word of mouth marketing. Langkah digitalisasi promosi wisata sangat penting agar promosi desa dapat mencapai audiens yang lebih luas dengan pendekatan digital. Masalah lain yang didapati di Desa Tulungrejo adalah tidak adanya keterlibatan karang taruna dalam pengembangan pariwisata desa, hal ini dikarenakan karang taruna desa sudah lama vakum dan tidak ada kegiatan aktif setiap minggunya, sehingga potensi pemuda desa dalam pengembangan wisata tidak termanfaatkan dengan optimal. Pihak lain yang perlu terlibat dalam pemberdayaan ini adalah pelaku wisata guna mengetahui dengan jelas kondisi lapang pariwisata yang ada di Desa Wisata Tulungrejo. Tujuan dari pemberdayaan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif dankarang taruna desa dan pelaku wisata dalam melakukan digital marketing Desa Wisata Tulungrejo, dan pelaku wisata serta mempromosikan Desa Wisata Tulungrejo melalui media digital.Pemetaan sosial yang digunakan adalah teknik RRA (Rapid Rural Appraisal) untuk mengidentifikasi masalah dan potensi desa. Pendekatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan Mezzo karena menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Metode pemberdayaan menggunakan metode ABCD (Asset-Based Community Development) karena dalam pelaksanaan program pemberdayaan berbasis aset atau potensi desa dan masyarakat. Persiapan dan perencanaan program pemberdayaan dilakukan dari bulan September 2024 sampai Januari 2025 diantaranya perizinan kepada dinas terkait, survei pendahuluan, wawancara bersama key informant, penyusunan program, FGD (Focus group discussion), pelaksanaan program, serta monitoring evaluasi. Monitoring evaluasi dilakukan sebelum, saat dan setelah program dengan menggunakan kerangka konsep taksonomi bloom yang mencangkup aspek kognitif dan afektif. Hasil pemberdayaan ini menunjukan antusiasme tinggi peserta dari awal hingga akhir kegiatan, yang dibuktikan melalui pertanyaan dan interaksi aktif selama sesi pemberdayaan. Penyampaian materi difokuskan pada copywriting untuk konten dimedia sosial. Berdasarkan hasil evaluasi pre test dan post test menunjukan adanya peningkatan kemampuan kognitif dan afektif peserta dalam digital marketing, namun terdapat indikator yang masih perlu ditingkatkan, khususnya dalam pembuatan headline dan call to action dalam konten promosi. Rencana tindak lanjut dilakukan guna menjawab kendala yang muncul saat pelaksanaan, khususnya berdasarkan hasil FGD dengan pelaku wisata.