Pendidikan agama bagi anak tunagrahita menghadapi tantangan unik karena keterbatasan intelektual mereka menyebabkan kesulitan memahami konsep-konsep keagamaan yang abstrak. Dalam konteks ini, penerapan teknik penguatan positif menjadi strategi penting untuk menumbuhkan motivasi dan perilaku religius yang konsisten. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memaknai implementasi teknik penguatan positif dalam bimbingan agama bagi anak tunagrahita di SLB ABC Melati, Deli Serdang, Sumatera Utara. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan desain studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi terhadap guru Pendidikan Agama Islam, kepala sekolah, serta wali kelas yang dipilih secara purposif. Analisis data dilakukan dengan model Miles, Huberman, dan SaldaƱa melalui tahapan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik penguatan positif diterapkan melalui bentuk verbal (pujian dan ungkapan apresiatif) serta nonverbal (hadiah simbolik, sentuhan sosial, dan aktivitas menyenangkan) yang mampu meningkatkan motivasi spiritual, keterlibatan dalam kegiatan ibadah, dan rasa percaya diri siswa. Selain itu, guru berperan sebagai fasilitator emosional yang menyesuaikan pendekatan berdasarkan tingkat kemampuan kognitif dan kondisi afektif anak. Temuan ini menegaskan bahwa penguatan positif, ketika dipadukan dengan nilai-nilai kasih sayang dan penghargaan dalam ajaran Islam, tidak hanya memperkuat perilaku keagamaan anak tunagrahita tetapi juga membangun kemandirian spiritual dan harga diri mereka. Penelitian ini memberikan kontribusi teoretis terhadap penerapan teori penguatan Skinner dalam konteks bimbingan agama Islam dan menjadi rujukan praktis bagi pendidik di sekolah luar biasa.