p-Index From 2020 - 2025
0.408
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Serina Abdimas
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

DESAIN GEDUNG KARYA PASTORAN ST. FRANSISKUS XAVERIUS, PAROKI TANJUNG PRIOK Trisno, Rudy; Nathaniel Avelino; Steven Lim
Jurnal Serina Abdimas Vol 3 No 2 (2025): Jurnal Serina Abdimas
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jsa.v3i2.34806

Abstract

The main problem in constructing the Pastoral Works Building (GKP) of St Francis Xaverius Parish in Tanjung Priok is the limited land available, so the building design must be able to optimally accommodate the needs of partners. The solution to this challenge is realised through designing a new building by following six stages, namely: 1) Examining the use of symbols, icons, and indexes; 2) Examining pastoral buildings based on certain philosophies; 3) Making St Fransiskus Xaverius as the main identity of GKP; 4) Carrying out the design theme in the form of a sailing ship metaphor and batik icons from five ethnicities-Java, North Sumatra, North Sulawesi, East Nusa Tenggara, and Chinese; 5) Considering the bird's eye view from the highway towards the design location; 6) Compiling complete drawings in the form of plans, views, and pieces of the GKP. The conclusion of the design process was the integrated application of the six steps, which materialised in the complete architectural drawings. Details include: 1) Interpretation of symbols, icons, and indexes in the GKP building; 2) Philosophical analysis based on the thoughts of Kisho Kurokawa, Christian Norberg-Schulz, and Martin Heidegger; 3) Affirmation of the building's identity according to the patron saint, Fransiskus Xaverius; 4) Application of the theme of sailing ships and batik icons from five ethnicities on the building's facade; 5) Attention to the visualisation of the building from a bird's eye view; 6) Preparation of comprehensive building plans, views, and sections. Thus, the design of the Pastoral Works Building is expected to fulfil partners' needs and positively contribute to all related parties. ABSTRAK Permasalahan utama dalam pembangunan Gedung Karya Pastoral (GKP) Gereja St. Fransiskus Xaverius Paroki Tanjung Priok adalah keterbatasan lahan yang tersedia, sehingga perancangan gedung harus mampu mengakomodasi kebutuhan mitra secara optimal. Solusi atas tantangan ini diwujudkan melalui perancangan gedung baru dengan mengikuti enam tahapan, yaitu: 1) Mengkaji penggunaan simbol, ikon, dan indeks; 2) Menelaah bangunan pastoral berdasarkan filosofi tertentu; 3) Menjadikan Santo Fransiskus Xaverius sebagai identitas utama GKP; 4) Mengusung tema perancangan berupa metafora kapal layar dan ikon batik dari lima etnis-Jawa, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Tionghoa; 5) Mempertimbangkan pandangan bird eye view dari jalan raya terhadap lokasi perancangan; serta 6) Menyusun gambar lengkap berupa denah, tampak, dan potongan GKP. Kesimpulan dari proses perancangan ini adalah penerapan enam langkah tersebut secara terpadu, yang terwujud dalam gambar arsitektural lengkap. Rinciannya meliputi: 1) Pemaknaan simbol, ikon, dan indeks pada bangunan GKP; 2) Analisis filosofis berdasarkan pemikiran Kisho Kurokawa, Christian Norberg-Schulz, dan Martin Heidegger; 3) Penegasan identitas gedung sesuai santo pelindung, Fransiskus Xaverius; 4) Pengaplikasian tema kapal layar dan ikon batik dari lima etnis pada fasad bangunan; 5) Perhatian terhadap visualisasi bangunan dari sudut pandang bird eye view; dan 6) Penyusunan gambar denah, tampak, serta potongan bangunan secara menyeluruh. Dengan demikian, perancangan Gedung Karya Pastoral ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan mitra dan memberikan kontribusi positif bagi seluruh pihak terkait.
DESAIN INTERIOR RUANG RAPAT LANTAI 7 DI GAKUSHUDO Trisno, Rudy; Nathaniel Avelino; Steven Lim
Jurnal Serina Abdimas Vol 3 No 3 (2025): Jurnal Serina Abdimas
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jsa.v3i3.35290

Abstract

The main problem in designing the meeting indoor space lies in the effort to unite the symbiotic concept between the exterior and interior, representing the fusion of Indonesian and Japanese cultures. Therefore, the design of this meeting indoor space is directed to optimally accommodate the needs of partners while realising the symbiotic concept. This research implemented four main stages, namely: (a) examining the application of the Indonesia-Japan symbiosis concept by considering the partner's request regarding the positioning of the benches; (b) formulating a design idea that emphasises simplicity and functionality; (b) producing a three-dimensional visualisation with two alternative bench arrangements, both horizontally and vertically; and (d) making observations through photo documentation to ensure the suitability of the design with the partner's wishes. The design results show that applying the four stages in an integrated manner can produce comprehensive architectural drawings. Details of the results include: (a) interior design with the concept of Indonesia-Japan symbiosis, (b) review and design of building details, (c) spatial adjustments according to partner needs, and (d) realisation based on observations of seminar activities. Thus, the design of this meeting space is expected to meet the needs of partners and positively contribute to all parties involved. ABSTRAK Permasalahan utama dalam perancangan ruang dalam rapat terletak pada upaya menyatukan konsep simbiosis antara eksterior dan interior yang merepresentasikan perpaduan budaya Indonesia dan Jepang. Oleh karena itu, perancangan ruang dalam rapat ini diarahkan untuk secara optimal mengakomodasi kebutuhan mitra sekaligus mewujudkan konsep simbiosis tersebut. Penelitian ini menerapkan empat tahapan utama, yaitu: (a) mengkaji penerapan konsep simbiosis Indonesia–Jepang dengan mempertimbangkan permintaan mitra terkait posisi perletakan bangku; (b) merumuskan ide perancangan yang menekankan kesederhanaan dan fungsionalitas; (c) menghasilkan visualisasi tiga dimensi dengan dua alternatif tatanan bangku, baik secara horizontal maupun vertikal; dan (d) melakukan observasi melalui dokumentasi foto untuk memastikan kesesuaian rancangan dengan keinginan mitra. Hasil perancangan menunjukkan bahwa penerapan keempat tahapan tersebut secara terpadu mampu menghasilkan gambar arsitektural yang komprehensif. Rincian hasil meliputi: (a) perancangan interior berkonsep simbiosis Indonesia–Jepang, (b) penelaahan serta perancangan detail bangunan, (c) penyesuaian tata ruang sesuai kebutuhan mitra, dan (d) realisasi berdasarkan hasil observasi kegiatan seminar. Dengan demikian, perancangan ruang rapat ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan mitra dan memberikan kontribusi positif bagi seluruh pihak yang terkait.