Assinaria, Assinaria
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh Konsumeris Terhadap Anak dalam Menyesuaikan Diri dengan Tren Terkini Siswa di SMA Negeri 1 Pangkalpinang Assinaria, Assinaria
IJoCE: Indonesian Journal of Counseling and Education Vol. 6 No. 2 (2025): IJoCE (Indonesian Journal of Counseling and Education) (September 2025)
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32923/ijoce.v6i2.5381

Abstract

Consumerist pressure on children and adolescents arises from various factors, including peer pressure and the influence of social media. Adolescents often feel pressured to have the latest items to meet the expectations of their peers and their social image. Consumerist culture links self-worth to ownership of goods, which can lead to wasteful behavior and psychological disorders such as anxiety. Social media exacerbates this situation by creating standards that are difficult to achieve, increasing the fear of missing out (FOMO) among adolescents. The increasingly rampant consumerist culture among adolescents has a serious impact on their moral, social, and psychological development. Consumerist behavior is carried out by adolescents because they rely on style and always want to follow the latest trends, they are not yet able to manage their finances and are not yet able to control their desires, they have high egos, always follow fashion for prestige, and have a tendency to try new things. The research method used in this study is quantitative with a correlation research type. The sample used in this study was 30 (thirty) students of SMAN 1 Pangkalpinang. The data collection method in this study used a Likert scale. The tool used is the consumer behavior scale. Consumerism culture among teenagers today has become a complex phenomenon, influenced by various factors, including social pressure and the influence of social media.
Penerapan Konseling Kelompok Dengan Pendekatan Cognitive Behavioral Theraphy Untuk Menurunkan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasisiwa Rahma, Wilda; Komariah, Komariah; Andini, Livia; Miranda, Miranda; Putri, Putri; Dila, Dila; Assinaria, Assinaria
IJoCE: Indonesian Journal of Counseling and Education Vol. 6 No. 1 (2025): IJoCE (Indonesian Journal of Counseling and Education) (April 2025) (Early View
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32923/ijoce.v6i1.5950

Abstract

Penerapan konseling kelompok dengan pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dalam menurunkan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa. Kecemasan ini merupakan bentuk kecemasan sosial yang ditandai dengan gejala fisiologis, kognitif, dan emosional seperti detak jantung meningkat, gemetar, pikiran negatif, dan rasa takut dinilai. Penelitian dilakukan terhadap 8 mahasiswa dari berbagai jurusan yang mengalami kecemasan tinggi saat berbicara di depan publik. Tujuannya untuk mengetahui apakah layanan konseling kelompok dengan pendekatan CBT dalam menurunkan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa efektif. Metode yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain non-equivalent control group design. Pengumpulan data dilakukan menggunakan skla likert kecemasan berbicara di depan umum yang mengukur reaksi fisik, kognitif dan perilaku. Intervensi dilaksanakan melalui tiga sesi konseling kelompok yang mencakup pengenalan diri dan identifikasi masalah, restrukturisasi kognitif, serta penguatan dan simulasi berbicara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada faktor internal dan eksternal. Pendekatan CBT sangat efektif dalam menurunkan gejala kecemasan secara signifikan. Terdapat perubahan positif dalam aspek kognitif (pergeseran pola pikir negatif), emosional (pengendalian rasa takut), dan perilaku (peningkatan keberanian berbicara). Dengan demikian, konseling kelompok berbasis CBT terbukti menjadi pendekatan yang efektif dalam membantu mahasiswa mengatasi kecemasan berbicara di depan umum secara menyeluruh.