Bachtiar Agusman, Najla Amali, Nisa Adelia, Muhammad Taha Madani, Nur Azmi As’syifa Munirah
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Rekonstruksi Teori Hukum Islam Pada Masa Imam Mazhab Rusdiyah, Rusdiyah; Bachtiar Agusman, Najla Amali, Nisa Adelia, Muhammad Taha Madani, Nur Azmi As’syifa Munirah
Indonesian Journal of Islamic Jurisprudence, Economic and Legal Theory Vol. 2 No. 4 (2024): This volume covers topics such as women's rights, inheritance law, crime preven
Publisher : Sharia Journal and Education Center Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62976/ijijel.v2i4.751

Abstract

Abstract The four major Imams of Islamic law—Abu Hanifah, Malik, Shafi'i, and Ahmad bin Hanbal—developed distinct methodologies for deriving legal rulings. Abu Hanifah emphasized rational reasoning and analogical reasoning (qiyas). Malik prioritized the practices of the people of Medina and the concept of public interest (maslahah mursalah). Shafi'i established a systematic approach based on textual sources and consensus (ijma'). Ahmad bin Hanbal adhered strictly to the Quran and Sunnah, using analogy only when necessary.These methods continue to be relevant in the modern era. Qiyas and istihsan enable the adaptation of law to contemporary challenges. Maslahah mursalah allows for addressing public interests not explicitly covered by texts. Ijma' supports global consensus on Islamic issues. The textual approach ensures adherence to the Quran and Sunnah. By understanding the historical development of Islamic legal thought, scholars and practitioners can apply these methods to address modern issues while preserving the core principles of Islamic law. The Imams' diverse approaches provide a flexible framework for Islamic law to remain relevant and responsive to the changing world. Keywords: Reconstruction, legal theory, Mazhab Abstrak Empat imam besar hukum Islam-Abu Hanifah, Malik, Syafi'i, dan Ahmad bin Hanbal-mengembangkan metodologi yang berbeda untuk memperoleh keputusan hukum. Abu Hanifah menekankan pada penalaran rasional dan penalaran analogis (qiyas). Malik memprioritaskan praktik-praktik masyarakat Madinah dan konsep kepentingan umum (maslahah mursalah). Syafi'i menetapkan pendekatan sistematis berdasarkan sumber-sumber tekstual dan konsensus (ijma'). Ahmad bin Hanbal berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah, menggunakan analogi hanya jika diperlukan, dan metode-metode ini terus relevan di era modern. Qiyas dan istihsan memungkinkan adaptasi hukum terhadap tantangan-tantangan kontemporer. Maslahah mursalah memungkinkan untuk menangani kepentingan publik yang tidak secara eksplisit tercakup dalam teks. Ijma' mendukung konsensus global tentang isu-isu Islam. Pendekatan tekstual memastikan kepatuhan terhadap Al-Quran dan Sunnah. Dengan memahami perkembangan historis pemikiran hukum Islam, para sarjana dan praktisi dapat menerapkan metode-metode ini untuk mengatasi masalah-masalah modern sambil tetap menjaga prinsip-prinsip inti hukum Islam. Pendekatan para imam yang beragam memberikan kerangka kerja yang fleksibel bagi hukum Islam untuk tetap relevan dan responsif terhadap perubahan dunia. Kata Kunci: Rekonstruksi, teori hukum, Mazhab