Tooth loss affects quality of life, chewing function, and facial aesthetics. Dental implants offer a more stable and comfortable solution compared to other treatments, but their success depends on the alveolar process and osseointegration. Bone insufficiency can lead to implant failure, making bone augmentation necessary. This study reviews case reports on implant placement with bone augmentation using titanium mesh. The first case involves a 37-year-old patient who had an accident, where titanium mesh was used to support bone growth after tooth extraction and bone grafting. The results showed good bone development. The second case discusses the placement of 46 implants with a 3.3 mm diameter in a 63-year-old woman, with CBCT evaluation to assess bone thickness. Monitoring showed optimal osseointegration and good tissue healing. This success was achieved through careful planning, appropriate augmentation techniques, and strict postoperative evaluation and monitoring. In conclusion, the success of dental implant placement depends on an individualized approach, technology-based planning such as CBCT, and the right augmentation techniques. With an optimal strategy, implant stability, as well as functional and aesthetic outcomes, can be achieved, providing long-term benefits for patients. ABSTRAKKehilangan gigi berdampak pada kualitas hidup, fungsi mengunyah, dan estetika wajah. Implan gigi menawarkan solusi yang lebih stabil dan nyaman dibandingkan perawatan lain, tetapi keberhasilannya bergantung pada proses alveolar dan osseointegrasi. Insufisiensi tulang dapat menyebabkan kegagalan implan, sehingga augmentasi tulang diperlukan. Studi ini meninjau laporan kasus tentang pemasangan implan dengan augmentasi tulang menggunakan titanium mesh. Kasus pertama melibatkan pasien 37 tahun yang mengalami kecelakaan, di mana titanium mesh digunakan untuk mendukung pertumbuhan tulang setelah pencabutan gigi dan cangkok tulang. Hasil menunjukkan perkembangan tulang yang baik. Kasus kedua membahas pemasangan 46 implan berdiameter 3,3 mm pada wanita 63 tahun, dengan evaluasi CBCT untuk menilai ketebalan tulang. Pemantauan menunjukkan osseointegrasi yang optimal dan penyembuhan jaringan yang baik. Keberhasilan ini dicapai melalui perencanaan matang, teknik augmentasi yang sesuai, serta evaluasi dan pemantauan pascaoperasi yang ketat. Kesimpulannya, keberhasilan pemasangan implan gigi bergantung pada pendekatan individual, perencanaan berbasis teknologi seperti CBCT, serta teknik augmentasi yang tepat. Dengan strategi yang optimal, stabilitas implan serta hasil fungsional dan estetis dapat tercapai, memberikan manfaat jangka panjang bagi pasien. Kata Kunci: Augmentasi Tulang, Tittanium Mesh, Osseointegrasi, dan Perencanaan Bedah ABSTRACT