Penelitian ini menganalisis strategi komunikasi kesehatan yang diterapkan Kader Posyandu dalam upaya menurunkan angka stunting di Desa Besuk Agung, Kabupaten Probolinggo. Latar belakang penelitian ini adalah tingginya prevalensi stunting di wilayah pedesaan yang memerlukan intervensi komunikasi kesehatan yang efektif melalui kegiatan Posyandu. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam terhadap 10 informan (5 Kader Posyandu sebagai informan utama, 3 ibu balita sebagai informan pendukung, 1 Ketua TP PKK, dan 1 Pengelola Program Dinas Kesehatan sebagai informan ahli), serta dokumentasi. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi kesehatan Kader Posyandu mencakup lima komponen utama: (1) pemilihan komunikator yang memiliki etos, pathos, dan logos; (2) penyampaian pesan kesehatan melalui komunikasi verbal (bahasa Madura dan istilah sederhana) dan non-verbal (gesture, kontak mata, nada bicara pelan); (3) penggunaan media Buku KIA, speaker Masjid, telepon, dan WhatsApp; (4) penetapan komunikan anak usia 0-60 bulan tanpa diskriminasi status sosial-ekonomi; serta (5) dampak komunikasi yang menunjukkan perubahan kognitif, afektif, dan konatif ibu balita. Faktor pendukung keberhasilan meliputi kredibilitas Kader, konteks komunikasi yang sesuai, kejelasan pesan, dan kemampuan audiens. Sementara faktor penghambat utama adalah kepercayaan sebagian ibu terhadap mitos kesehatan tradisional. Kebaruan penelitian ini terletak pada identifikasi strategi komunikasi kesehatan berbasis kearifan lokal (penggunaan bahasa Madura dan adaptasi istilah medis) yang efektif dalam konteks pedesaan untuk perubahan perilaku kesehatan ibu balita.