Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Kadar Asam Urat Serum Fase Akut Stroke Iskemik Sebagai Prediktor Kualitas Tidur Pasca Stroke Iskemik: Sebuah Kajian Literatur Sistematis Triana, Rossy; Tini, Kumara; Utami, Desak Ketut Indrasari
Jurnal Locus Penelitian dan Pengabdian Vol. 4 No. 11 (2025): JURNAL LOCUS: Penelitian dan Pengabdian
Publisher : Riviera Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58344/locus.v4i11.5076

Abstract

Stroke iskemik akut merupakan bentuk stroke yang paling umum terjadi secara global dan sering kali disertai gangguan tidur pada fase pasca serangan. Kualitas tidur yang buruk setelah stroke diketahui dapat memperlambat proses pemulihan neurologis. Salah satu faktor biologis yang diduga berperan dalam gangguan tidur pasca stroke adalah kadar asam urat, mengingat keterkaitannya dengan stres oksidatif dan proses inflamasi. Tinjauan sistematis ini disusun untuk mengevaluasi hubungan antara kadar asam urat pada fase akut stroke iskemik dan kualitas tidur pasien pasca stroke. Tinjauan ini disusun berdasarkan pedoman PRISMA dengan pencarian literatur melalui basis data PubMed, Scopus, dan Cochrane Library hingga Mei 2025. Kata kunci yang digunakan antara lain: "uric acid", "ischemic stroke", "sleep quality", dan "insomnia". Studi yang diikutsertakan merupakan studi yang menilai kadar asam urat serum dan kualitas tidur (diukur menggunakan PSQI). Sebanyak dua studi memenuhi kriteria inklusi dengan total 2.040 pasien, mayoritas berasal dari Asia Timur. Beberapa studi menunjukkan bahwa kadar asam urat yang tinggi berhubungan dengan risiko lebih rendah terhadap gangguan tidur, sedangkan studi lainnya menunjukkan hasil yang kontradiktif. Terdapat perbedaan metode pengukuran dan ambang batas kadar asam urat antar studi, serta heterogenitas dalam definisi “kualitas tidur buruk”. Kadar asam urat tinggi pada fase akut stroke iskemik dapat berasosiasi dengan kualitas tidur yang lebih baik, namun juga berpotensi berdampak negatif terhadap fungsi kognitif. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lanjutan dengan metodologi yang lebih seragam untuk menentukan batas optimal kadar asam urat yang bermanfaat tanpa meningkatkan risiko efek samping neurologis lainnya.