Lembaga Ma’arif NU menghadapi tantangan kompleks dari keterbatasan internal dan tekanan eksternal dalam upaya menyeimbangkan pelestarian tradisi Aswaja dengan modernisasi pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis problematika, dialektika tradisi-modernitas, serta fungsi reproduksi budaya dan transformasi sosial di MI Ma’arif Karangnangka, Banyumas, menggunakan perspektif sosiologi pendidikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus, mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, serta dianalisis menggunakan teori konflik sosial dan reproduksi budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa MI Ma’arif Karangnangka mampu bertahan di tengah keterbatasan struktural dan tekanan kebijakan nasional. Problematika utama terletak pada dialektika antara tradisi dan modernitas, keterbatasan modal ekonomi/kultural, dan ketidakselarasan antara visi nilai keislaman dengan kurikulum nasional. Madrasah merespons ketegangan ini secara adaptif melalui pendekatan partisipatif dan penguatan nilai Aswaja NU, di mana praktik pendidikan tidak hanya mentransmisikan pengetahuan tetapi juga mereproduksi habitus keislaman dan membentuk identitas sosial. Dalam perspektif sosiologi pendidikan, madrasah ini berfungsi sebagai arena reproduksi budaya sekaligus transformasi sosial, membuktikan peran strategis institusi lokal dalam membangun sistem pendidikan yang relevan dan berbasis nilai. Fungsi sosiologis madrasah harus diterjemahkan menjadi kebijakan struktural dengan mengintegrasikan tradisi dan kebutuhan masa depan yang sesuai manhaj Nahdlatul Ulama, guna memastikan keberlanjutan dan relevansi pendidikan berbasis nilai keislaman di tengah dinamika global.