Struktur fondasi suatu bangunan harus dibangun di atas lapisan tanah yang memiliki daya dukung cukup untuk menjamin kestabilan dan keamanan struktur. Dalam memprediksi daya dukung aksial fondasi tiang, berbagai persamaan empiris telah dikembangkan oleh para peneliti, yang umumnya divalidasi melalui pengujian lapangan. Di Indonesia, metode perhitungan daya dukung banyak bergantung pada data hasil pengujian tanah lapangan seperti Standard Penetration Test (SPT) dan Cone Penetration Test (CPT). Namun, karakteristik tanah di lapangan sangat bervariasi, sehingga penggunaan persamaan empiris secara umum memerlukan penyesuaian terhadap sifat fisik dan mekanik tanah setempat. Penelitian ini mengevaluasi daya dukung aksial fondasi tiang bor tunggal pada tanah tufa berdasarkan hasil uji PDA (Pile Driving Analyzer) yang dilakukan di salah satu titik fondasi Gedung Laboratorium Teknik 3 (GLT 3) ITERA. Data SPT dan hasil pengujian laboratorium turut dianalisis untuk mengkarakterisasi tanah dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah tufa di lokasi studi menunjukkan perilaku mekanik menyerupai pasir, meskipun komposisinya didominasi oleh fraksi lanau dan lempung. Hal ini ditunjukkan dari hasil korelasi antara hasil uji PDA dengan estimasi daya dukung menggunakan persamaan untuk tanah pasir. Namun demikian, diperlukan koreksi terhadap persamaan unit daya dukung aksial ujung menggunakan nilai N-SPT terkoreksi dari 7N menjadi 5,975N. Berdasarkan koreksi persamaan daya dukung tersebut, kapasitas aksial tiang pada tanah tufa mencapai 318,074 ton, mendekati hasil pengujian PDA 318 ton, setelah dibandingkan dengan perhitungan empirik tanah pasir, perhitungan empirik tanah lunak serta ABAQUS.