Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Seorang Perempuan 21 Tahun dengan Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) dan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) Oktafany Oktafany; Deborah Natasha
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 4 No. 1 (2017): Jurnal Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Autoimmune anemia hemolytic (AIHA) adalah sebuah kelainan pada sel darah merah yang ditandai dengan kerusakan eritrosit oleh autoantibodi dalam tubuh pasien. AIHA bisa terjadi pada penderita-penderita Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Seorang perempuan, 21 tahun datang ke Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Jendral Ahmad Yani kota Metro dengan keluhan lemas seluruh tubuh disertai dengan gejala nyeri sendi, nyeri perut, nyeri kepala dan riwayat sindrom nefrotik berulang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, malar rash, nyeri pada regio epigastrium, limpa di Schuffner 3 dan nyeri ketika sendi digerakkan. Pada pemeriksaan laboratorium, Hemoglobin (Hb) pasien 7,6 g/dL, pada pemeriksaan morfologi apusan darah tepi ditemukan anemia normositik normokromik suggest anemia hemolitik, dan coombs test dengan hasil positif. Pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan profil ANA, haptoglobin. Pasien diterapi dengan IVFD RL 2000 cc/24 jam, methylprednisolone 125 mg/12 jam injeksi, transfusi PRC sampai dengan Hb 12 g/dL dan pengawasan saat transfusi serta pengukuran tanda-tanda vital berkala. Pasien dirawat selama satu minggu di ruang penyakit dalam dan hasil ANA test positif. Pasien pulang dengan perbaikan kondisi serta kadar Hb mencapai 12,5 g/dL .Kata kunci: AIHA, ANA test, Coombs test, SLE
Henoch Schonlein Purpura dengan Predominan Manifestasi Gastrointestinal Alyssa Fairudz Shiba; Deborah Natasha; Ferry Mulyadi; Intanri Kurniati
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 6 No. 2 (2019): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Henoch Schonlein Purpura (HSP) adalah penyakit autoimun (dimediasi IgA) dalam wujud hipersensitivitas vaskulitis, umumnya ditemukan pada anak. Terdapat abnormalitas berupa vaskulitis menyeluruh yang mengenai pembuluh darah kecil di kulit, sendi, saluran cerna dan ginjal. Ditandai dengan purpura disertai artritis atau atralgia dan dapat menyebabkan komplikasi gastrointestinal seperti intususepsi. Untuk melaporkan suatu kasus yang jarang dengan keterlibatan gastrointestinal pada kondisi HSP. Seorang anak usia 10 tahun datang dengan nyeri perut sejak 5 minggu yang hilang timbul disertai dengan BAB hitam dan bintik kemerahan di kaki dan bokong sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan denyut nadi 90x/m, laju napas 20x/m, suhu 36,5 C. Pada pemeriksaan abdomen bising usus (+) normal, nyeri pada palpasi di area epigastrium dan hipogastrium, massa (-), hepatomegali dan splenomegali (-). Padastatus dermatologis terdapat purpura berukuran milier-lentikular, difus pada regio kruris sampai gluteal. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap normal, BNO menunjukkan dilatasi parsial usus dan tidak didapatkan kelainan pada USG abdomen. Pasien didiagnosis dengan HSP disertai kolik abdomen suspek intususepsi dan ditatalaksana dengan tirah baring, kortikosteroid IV, antibiotik dan proton pump inhibitor (PPI). Manifestasi gastrointestinal pada HSP dapat ditemukan pada 30-70% kasus dan dapat menyebabkan komplikasi seperti intususepsi ileokolonal dan manifestasi ini dapat mendahului lesi kulit dan menyulitkan diagnosis.Kata kunci : gastrointestinal, henoch schonlein purpura, kortikosteroid