This study aims to examine how non-local students adapt to the local culture at Garut University, where Sunda culture predominates. The research focuses on three key aspects: the development of self-concept, the motivation to interact, and the relationships formed with local students. Data were collected through in-depth interviews with six non-local students from diverse cultural backgrounds, supported by insights from lecturers and counselors who served as expert informants. The findings indicate that although the students initially experienced anxiety and uncertainty, they were able to overcome these feelings through self-reflection, a desire to be accepted within a new social environment, and active participation in various campus activities. Intensive and positive interactions with local students played a crucial role in accelerating their adaptation process and fostering a sense of belonging. Their adjustment of self-concept occurred in a flexible manner—maintaining their original identity while remaining open to the new environment. Their motivation to interact was driven not only by academic needs but also by a personal desire to build meaningful social relationships. This study highlights the importance of creating an inclusive and culturally aware campus environment to support the adaptation of students from diverse cultural backgrounds.Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana mahasiswa pendatang beradaptasi dengan budaya lokal di Universitas Garut, yang sebagian besar didominasi oleh budaya Sunda. Fokus penelitian ini meliputi tiga hal utama: pembentukan konsep diri, motivasi berinteraksi, dan hubungan mereka dengan mahasiswa lokal. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan enam mahasiswa pendatang dari berbagai latar belakang budaya, serta masukan dari dosen dan konselor yang berperan sebagai narasumber ahli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada awalnya, siswa pendatang merasa cemas dan tidak yakin, namun mereka bisa mengatasi hal tersebut melalui refleksi diri, keinginan untuk diterima dalam kelompok sosial baru, dan keterlibatan aktif dalam berbagai aktivitas kampus. Interaksi yang intens dan positif dengan pelajar lokal sangat membantu mempercepat proses adaptasi mereka dan memberi rasa diterima. Penyesuaian konsep diri mereka dilakukan dengan cara yang fleksibel, tanpa menghilangkan identitas aslinya, tetapi dengan terbuka terhadap lingkungan baru. Motivasi untuk berinteraksi tidak hanya didorong oleh kebutuhan akademik, tetapi juga oleh keinginan pribadi untuk membangun hubungan sosial yang bermakna. Penelitian ini menekankan pentingnya menciptakan lingkungan kampus yang inklusif dan sadar budaya untuk mendukung adaptasi mahasiswa dari latar belakang budaya yang berbeda.