Di Indonesia, Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi. Provinsi Papua Tengah yang merupakan wilayah endemis malaria, tidak luput dari adanya kasus DBD. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi DBD mencapai 3,90%, dengan container index (CI) berkisar 2,56-5,90, sehingga menjadi angka tertinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN), karakteristik individu, kondisi lingkungan rumah tangga memengaruhi kasus DBD di Papua Tengah, dengan menggunakan metode cross-sectional. Data sekunder dari hasil SKI 2023 di Provinsi Papua Tengah, dengan total responden sebanyak 5.408 serta menggunakan analisis univariat, uji chi square untuk bivariat, dan uji regresi logistik untuk model determinan multivariat. Hasil menunjukkan tujuh variabel diidentifikasi memiliki korelasi signifikan dengan DBD: umur, pekerjaan, tempat tinggal, larvasidasi, menutup penampungan air, memusnahkan barang bekas dan ketersediaan air, di mana tempat tinggal menjadi faktor utama, yaitu warga di daerah pedesaan lebih rentan terinfeksi DBD sebanyak 2,84 kali dibandingkan yang tinggal di perkotaan (OR=2,843; 95% CI=1,963–4,116). Kesimpulan penelitian menunjukkan faktor individu, lingkungan, dan perilaku pencegahan, memengaruhi kasus DBD, sehingga diperlukan intervensi PSN 3M Plus yang lebih besar, mencakup pembersihan dan penutupan tempat penampungan air serta daur ulang barang bekas serta meningkatkan partisipasi masyarakat agar risiko penularan DBD dapat berkurang. Kata kunci: Demam Berdarah Dengue, Pemberantasan Sarang Nyamuk, Faktor Risiko