Indonesia sebagai negara tropis memiliki paparan sinar matahari tinggi sepanjang tahun, yang dapat meningkatkan risiko gangguan kulit seperti penuaan dini hingga kanker. Lotion tabir surya umum digunakan sebagai pelindung, namun banyak yang masih mengandung bahan kimia sintetis berisiko efek samping dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, penggunaan bahan alami yang lebih aman dan ramah lingkungan menjadi fokus dalam pengembangan lotion tabir surya. Penelitian ini bertujuan menganalisis sediaan lotion tabir surya berbasis ekstrak etanol daun basil ungu. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol, kemudian dilanjutkan dengan uji fitokimia untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder. Formulasi lotion dibuat dalam empat variasi konsentrasi ekstrak, yaitu 0% untuk F0, 1% untuk F1, 2% untuk F2, dan 3% untuk F3. Evaluasi mutu sediaan lotion dilakukan sesuai SNI 16-4399-1996 tentang sediaan tabir surya melalui uji karakteristik fisik, mikrobiologis, serta preferensi pengguna melalui uji hedonik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, dan terpenoid. Warna lotion mengalami perubahan seiring peningkatan konsentrasi ekstrak, dari putih (F0) menjadi hijau tosca (F3), dengan aroma khas daun basil ungu pada formula F1 hingga F3. Tekstur semua sediaan tergolong lembut dan bentuknya berupa krim kental. Seluruh formula memiliki karakteristik homogen, pH dalam rentang 7,2–7,4, daya sebar 6,5–6,8 cm, stabilitas emulsi antara 82,94–87,06%, dan cemaran mikroba jauh di bawah batas maksimum yang ditetapkan. Uji hedonik menunjukkan bahwa formula F1 paling disukai dari segi warna, sedangkan F2 lebih disukai dari segi tekstur dan aroma. Meskipun demikian, seluruh formula memiliki bobot jenis yang melebihi standar SNI (0,95–1,05 g/mL), sehingga perlu diperhatikan dalam pengembangan lebih lanjut.