Batuk merupakan salah satu keluhan kesehatan yang dialami oleh anak dan menjadi alasan pemberian antibiotika, meskipun sebagian besar kasus batuk disebabkan oleh infeksi virus yang tidak memerlukan terapi antibiotika. Penggunaan antibiotika yang tidak tepat pada batuk anak dapat menyebabkan resistensi bakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap penggunaan antibiotika pada batuk anak. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah orang tua/wali yang memiliki anak berusia 5-13 tahun dan pernah atau sedang menggunakan antibiotika untuk batuk pada anak di Kelurahan Bulak Banteng, Surabaya. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sejumlah 120 responden yang telah memenuhi kriteria inklusi digunakan dalam penelitian ini. Data tingkat pendidikan dan penggunaan dianalisis menggunakan Uji Korelasi Spearman. Mayoritas responden berusia 31-40 tahun, berpendidikan terakhir SD, dan tidak bekerja. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar responden memperoleh antibiotika dari jalur medis resmi namun masih ditemukan praktik penggunaan yang tidak tepat, yaitu sebanyak 53 (44,17%) tidak menghabiskan antibiotika; 14 (11,7%) pernah menggandakan dosis saat gejala tidak membaik; 36 (30%) mengurangi dosis; dan 37 (30,8%) pernah berbagi antibiotika dengan orang lain. Hasil Uji Spearman antara tingkat pendidikan dengan penggunaan antibiotika diperoleh nilai p = 0,395 (p > 0,05). Disimpulkan bahwa tingkat pendidikan orang tua tidak berpengaruh terhadap perilaku penggunaan antibiotika pada batuk anak di Kelurahan Bulak Banteng Surabaya sehingga diperlukan peningkatan edukasi rasionalitas penggunaan antibiotika di masyarakat.