Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) bagaimana mahasiswa Gen Z di Universitas Negeri Makassar memaknai aktivitas mendaki gunung, dan 2) bagaimana praktik mendaki gunung direpresentasikan di media sosial. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif-interpretatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap beberapa mahasiswa Universitas Negeri Makassar yang aktif dalam kegiatan pendakian. Penelitian ini menggunakan teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckmann sebagai dasar untuk memahami bagaimana makna sosial terbentuk melalui interaksi dan simbol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fenomena mendaki gunung di kalangan mahasiswa Gen Z memiliki dinamika makna yang beragam. Aktivitas mendaki tidak hanya dimaknai sebagai sarana rekreasi atau pelarian dari rutinitas, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup yang berperan dalam pembentukan citra diri di ruang digital. Sebagian besar informan menyebutkan bahwa ketertarikan mereka berawal dari ajakan teman, pengaruh media sosial, dan keinginan mengikuti tren yang sedang populer. Namun, terdapat pula mahasiswa yang menilai mendaki sebagai ruang refleksi diri dan cara untuk lebih dekat dengan alam. Media sosial, khususnya Instagram dan TikTok, menjadi sarana utama untuk merepresentasikan pengalaman mendaki melalui unggahan foto, video, dan narasi yang sering disesuaikan agar tampak menarik di mata publik. Sementara lainnya melihat aktivitas berbagi tersebut sebagai bentuk ekspresi diri. Secara keseluruhan, hasil penelitian memperlihatkan bahwa mendaki gunung di kalangan mahasiswa Gen Z tidak lagi sekadar kegiatan fisik, tetapi telah menjadi simbol eksistensi dan konstruksi identitas sosial di era digital. Fenomena ini menggambarkan adanya dialektika antara alam sebagai ruang pengalaman nyata dan media sosial sebagai ruang representasi diri. Kata Kunci : Tren Mendaki Gunung, Gaya Hidup, Mahasiswa Gen Z