Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan cerita rakyat Sasak sebagai bahan ajar dalam meningkatkan keterampilan speaking siswa English as a Foreign Language (EFL) di Nusa Tenggara Barat (NTB). Latar belakang penelitian didasarkan pada masih rendahnya kemampuan berbicara siswa EFL, yang salah satunya disebabkan oleh keterbatasan bahan ajar yang kontekstual dan dekat dengan budaya lokal. Cerita rakyat Sasak dipandang sebagai media autentik yang dapat merangsang perkembangan linguistik, meningkatkan motivasi belajar, serta memperkuat kesadaran budaya siswa. Penelitian ini menggunakan desain quasi-experimental dengan melibatkan dua kelas EFL tingkat SMP sebagai kelompok eksperimen dan kontrol. Instrumen penelitian meliputi pre-test dan post-test speaking, lembar observasi, serta wawancara semi-terstruktur. Analisis data dilakukan menggunakan teknik statistik komparatif dan analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi cerita rakyat Sasak secara signifikan meningkatkan aspek fluency, pronunciation, dan vocabulary siswa kelompok eksperimen dibandingkan kelompok kontrol. Temuan kualitatif juga mengungkap bahwa siswa merasa lebih percaya diri, antusias, dan terhubung dengan pembelajaran karena materi yang digunakan berasal dari budaya mereka sendiri. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan cerita rakyat Sasak efektif sebagai sumber pembelajaran berbicara dalam konteks EFL dan dapat menjadi alternatif kurikulum berbasis kearifan lokal. Implikasi praktisnya adalah perlunya pengembangan modul ajar berbasis cerita rakyat lokal dan pelatihan guru untuk mengintegrasikan literatur budaya ke dalam praktik pembelajaran bahasa.