Di negara berpendapatan menengah ke bawah (LMIC), keberhasilan inisiasi menyusu dini (IMD) pada ibu pasca-sectio masih rendah; dukungan ayah jarang diposisikan sebagai komponen layanan, padahal dapat menutup keterbatasan akibat anestesi, nyeri, dan pemisahan ibu–bayi. Tinjauan pustaka ini menelusuri basis data PubMed, Scopus, ScienceDirect, Google Scholar, serta Garuda dan SINTA (Juni–Juli 2025), inklusi studi eksperimental/kuasi-eksperimental di LMIC yang melibatkan ibu pasca-sectio dan melaporkan IMD/eksklusivitas/durasi menyusui; uji mutu RCT menggunakan kriteria JBI; sintesis naratif dilakukan karena heterogenitas desain, populasi, dan bentuk intervensi. Sepuluh studi dari Indonesia, Vietnam, Iran, Turki, Brasil, Tiongkok, dan Nigeria menunjukkan intervensi berfokus ayah hingga kelas antenatal, booklet, modul multimedia, kunjungan rumah, dan konseling postpartum secara konsisten meningkatkan IMD dan ASI eksklusif. Contoh: di Vietnam, IMD meningkat 39,6%→81,2%; di Iran, ASI eksklusif 6 bulan 94% vs 76%; di Tiongkok, pendidikan ayah meningkatkan IMD. Efek paling nyata pada konteks sectio melalui dukungan emosional/logistik, fasilitasi skin‑to‑skin, dan penguatan efikasi diri ibu; pengetahuan serta sikap ayah turut membaik. Keterbatasan umum meliputi blinding yang jarang, pelaporan attrition tidak lengkap, dan luaran >6 bulan yang minim. Dukungan ayah merupakan determinan penting keberhasilan IMD pada ibu pasca-sectio di LMIC. Program yang terstruktur, berulang, dan sensitif budaya perlu diintegrasikan ke protokol antenatal–postnatal, disertai RCT yang spesifik sectio dan memasukkan ukuran psikososial untuk mengoptimalkan dampak.