Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKRONUTRIEN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD) DI SLB N 2 SINGARAJA Dwijayantari, Si Ayu Dinda; Pasek, Made Suadnyani; Purnomo, Ketut Indra
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i1.38558

Abstract

Autism Spectrum Disorder (ASD) menurut DSM-V ialah kelainan pada perkembangan sistem saraf. Kurangnya komunikasi dan interaksi sosial, perilaku berulang, serta keterbatasan minat ialah pertanda daripada ASD. Anak-anak dengan autism juga sering mengalami masalah sensorik, seperti kesulitan merespons tekstur, bau, atau sentuhan tertentu. Hal tersebut yang menyebabkan anak dengan autsisme sering kali memilii masalah dengan elektivitas makanan, yang berpengaruh pada pola makan mereka, sehingga memengaruhi asupan makanan anak-anak autis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan makronutrien dan status gizi pada anak dengan autisme. Penelitian ini menggunakan desian penelitian cross-sectional yang melibatkan 26 orang tua dan anak-anak dengan gangguan spektrum autisme. Asupan makronutrien diukur menggunakan kuesioner SQ-FFQ, sementara status gizi diukur dengan metode antropometri. Uji korelasi Rank Spearman dan uji korelasi Pearson digunakan untuk analisis statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas anak ASD berjenis kelamin laki-laki, dengan rata-rata status gizi berdasarkan z-score (IMT/U) 2,52, asupan kalori rata-rata 1488,83 kkal, protein 59,22 g, lemak 45,75 g, dan karbohidrat 210,35 g. Terdapat hubungan antara asupan protein dan lemak dengan status gizi pada anak dengan gangguan spektrum autisme (p>0,05), namun tidak ditemukan hubungan antara asupan kalori dan karbohidrat dengan status gizi anak-anak tersebut (p<0,05). Kesimpulannya, terdapat hubungan antara asupan makronutrien (protein dan lemak) dengan status gizi pada anak dengan gangguan spektrum autisme (ASD) di SLB N 2 Singaraja.
ASTHENOPIA: DIAGNOSIS, TATALAKSANA, TERAPI Pratama, Pande Putu Arista Indra; Setiawan, Komang Hendra; Purnomo, Ketut Indra
Ganesha Medicina Vol. 1 No. 2 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.315 KB) | DOI: 10.23887/gm.v1i2.39551

Abstract

Asthenopia (kelelahan mata) merupakan sekumpulan gejala berupa permasalahan pada penglihatan (visual), mata (okular), dan muskuloskeletal yang umumnya terjadi hilang timbul. Keluhan ini sering muncul akibat pengaruh penggunaan perangkat digital dalam waktu yang lama terutama lebih dari 6 jam perhari. Penderita asthenopia secara global mencapai 60 juta orang yang didominasi usia muda. Gejala asthenopia yang paling sering dirasakan adalah keluhan mata kering, kesulitan dalam memfokuskan objek, mata tegang, mata lelah, dan sakit kepala. Diagnosis asthenopia dapat dilakukan secara subjektif dengan menggunakan kuesioner standar ataupun secara objektif dengan pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan berupa pengukuran Critical Flicker-fusion Frequency (CFF), pengukuran frekuensi berkedip, kemampuan akomodasi, serta refleks cahaya dan ukuran pupil yang dapat memberikan gambaran lebih jelas ke arah asthenopia. Tatalaksana dan terapi pada asthenopia diberikan untuk meredakan gejala dan mengatasi penyebabnya seperti terapi untuk mengatasi mata kering, koreksi gangguan refraksi, terapi gangguan akomodasi dan vergensi, dan penggunaan kacamata filter cahaya biru. Walaupun asthenopia terjadi secara hilang timbul, penyakit ini dapat menjadi menetap dan berkembang menimbulkan keluhan permanen. Artikel ini ditulis berdasarkan hasil literature review dari penelitian terkait diagnosis, tatalaksana, dan terapi asthenopia yang sudah dipublikasi. Penulisan artikel ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam menindaklanjuti kasus asthenopia sehingga prevalensi dan insidensinya dapat ditekan.
Faktor-Faktor Risiko Yang Berkontribusi Terhadap Munculnya Generalized Anxiety Disorder (GAD) Pada Mahasiswa Semester Akhir Di Fakultas Kedokteran Artha, Dewa Gede Bagus Surya Parama; Sastri, Ni Luh Putu Pranena; Purnomo, Ketut Indra
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol. 9 No. 2 (2025)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37294/jrkn.v9i2.719

Abstract

Abstrak Penelitian ini mengkaji variabel risiko yang berkontribusi terhadap Gangguan Kecemasan Umum pada mahasiswa kedokteran. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara mendalam dengan beberapa anak yang menunjukkan tanda-tanda kecemasan berat, menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kontributor utama Gangguan Kecemasan Umum meliputi tekanan akademis, perfeksionisme, ekspektasi keluarga yang tinggi, dukungan sosial yang tidak memadai, dan stigma seputar kesehatan mental. Lebih jauh, data ini menunjukkan bahwa gaya hidup yang tidak seimbang dan ambiguitas mengenai masa depan memperburuk kecemasan mahasiswa. Studi ini membahas kesenjangan dalam literatur yang ada dengan menawarkan tinjauan kontekstual dan pengalaman subjektif mahasiswa dalam lanskap pendidikan kedokteran di Indonesia. Studi ini menggarisbawahi perlunya membangun sistem dukungan mental yang komprehensif, inklusif, dan didorong oleh empati di kampus untuk menumbuhkan lingkungan akademis yang sehat secara mental dan emosional.   Kata Kunci: stres akademis, mahasiswa kedokteran, gangguan kecemasan umum, kesehatan mental
CLINICAL SYMPTOMS AND THERAPEUTIC APPROACHES IN PATIENTS WITH GENERAL ANXIETY DISORDER Dewa Gede Bagus Surya Parama Artha; Luh Putu Pranena Sastri, Ni; Purnomo, Ketut Indra
International Journal of Multidisciplinary Reseach Vol. 1 No. 4 (2025): Oktober
Publisher : International Journal of Multidisciplinary Reseach

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Generalised Anxiety Disorder (GAD) is a psychological condition characterised by widespread, uncontrollable, and persistent anxiety in multiple domains, including work, health, and social contexts. Common symptoms include muscle tension, sleep disturbances, fatigue, impaired concentration, and excessive anxiety relative to circumstances. This condition can interfere with daily functioning and reduce an individual's quality of life. This study used a qualitative methodology using in-depth interviews with five psychiatric physicians to determine the main symptoms, etiological factors, and therapeutic strategies for Generalised Anxiety Disorder (GAD). This study revealed that all informants showed consistent patterns of physical and psychological symptoms. These factors include genetics, neurochemical imbalances, high-stress environments, and predisposed personality traits. Regarding treatment, physicians recommend implementing cognitive behavioural therapy, pharmaceutical interventions, relaxation and mindfulness practices, and adopting a healthy lifestyle in a coordinated manner. Generalised Anxiety Disorder is a multifaceted condition that requires a holistic approach. Appropriate and ongoing treatment can help individuals manage anxiety well and improve their quality of life. The findings of this study are expected to serve as a reference in clinical practice and the development of mental health interventions
INFLUENCE OF FATHER SUPPORT FOR EARLY BREASTFEEDING INITIATION AMONG CESAREAN MOTHERS IN LOWER-MIDDLE-INCOME COUNTRIES : A LITERATURE REVIEW puja, I Gede Shivananda Vidyana; Giri, Made Kurnia Widiastutti; Purnomo, Ketut Indra
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 4 (2025): DESEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i4.51401

Abstract

Di negara berpendapatan menengah ke bawah (LMIC), keberhasilan inisiasi menyusu dini (IMD) pada ibu pasca-sectio masih rendah; dukungan ayah jarang diposisikan sebagai komponen layanan, padahal dapat menutup keterbatasan akibat anestesi, nyeri, dan pemisahan ibu–bayi. Tinjauan pustaka ini menelusuri basis data PubMed, Scopus, ScienceDirect, Google Scholar, serta Garuda dan SINTA (Juni–Juli 2025), inklusi studi eksperimental/kuasi-eksperimental di LMIC yang melibatkan ibu pasca-sectio dan melaporkan IMD/eksklusivitas/durasi menyusui; uji mutu RCT menggunakan kriteria JBI; sintesis naratif dilakukan karena heterogenitas desain, populasi, dan bentuk intervensi. Sepuluh studi dari Indonesia, Vietnam, Iran, Turki, Brasil, Tiongkok, dan Nigeria menunjukkan intervensi berfokus ayah hingga kelas antenatal, booklet, modul multimedia, kunjungan rumah, dan konseling postpartum secara konsisten meningkatkan IMD dan ASI eksklusif. Contoh: di Vietnam, IMD meningkat 39,6%→81,2%; di Iran, ASI eksklusif 6 bulan 94% vs 76%; di Tiongkok, pendidikan ayah meningkatkan IMD. Efek paling nyata pada konteks sectio melalui dukungan emosional/logistik, fasilitasi skin‑to‑skin, dan penguatan efikasi diri ibu; pengetahuan serta sikap ayah turut membaik. Keterbatasan umum meliputi blinding yang jarang, pelaporan attrition tidak lengkap, dan luaran >6 bulan yang minim. Dukungan ayah merupakan determinan penting keberhasilan IMD pada ibu pasca-sectio di LMIC. Program yang terstruktur, berulang, dan sensitif budaya perlu diintegrasikan ke protokol antenatal–postnatal, disertai RCT yang spesifik sectio dan memasukkan ukuran psikososial untuk mengoptimalkan dampak.