Penelitian ini mengkaji tradisi keilmuan pada masa pendidikan Islam klasik dengan menelusuri fondasi epistemologis, institusional, dan metodologis yang melandasi lahirnya peradaban ilmiah dunia Islam abad ke-8 hingga ke-13. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemajuan ilmu pada masa tersebut dibangun melalui integrasi harmonis antara wahyu, akal, dan pengalaman empiris yang kemudian melahirkan ekosistem pendidikan yang terstruktur. Institusi seperti masjid, kuttab, madrasah, dan Bayt al-Hikmah berperan sebagai pusat produksi dan distribusi ilmu sekaligus model awal universitas modern. Perkembangan disiplin ilmu agama dan sains berjalan tanpa dikotomi, sebagaimana terlihat pada karya tokoh seperti Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd yang mewakili puncak inovasi ilmiah dalam matematika, kedokteran, dan filsafat. Tradisi penerjemahan besar-besaran serta dukungan politik dari Dinasti Abbasiyah memperkuat posisi Baghdad sebagai pusat ilmu global. Integrasi epistemologi bayani, burhani, dan irfani memperkaya metode berpikir umat Islam sehingga menghasilkan sistem pendidikan holistik yang menekankan ilmu, adab, dan etos penelitian. Penelitian ini menegaskan bahwa pendidikan Islam klasik merupakan model peradaban ilmiah yang relevan bagi pengembangan pendidikan kontemporer berbasis integrasi ilmu dan nilai moral-spiritual