Usaha peternakan ayam petelur di Kabupaten Blitar, khususnya Desa Ponggok, Kecamatan Ponggok, merupakan sentra produksi telur nasional yang krusial bagi ketahanan pangan. Namun, tingginya harga pakan komersial menjadi tantangan utama yang secara signifikan menekan profitabilitas peternak rakyat. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi secara komprehensif penampilan produksi dan kualitas telur ayam layer yang mengadopsi pakan selfmix, yaitu praktik pencampuran pakan sendiri, sebagai strategi peternak menekan biaya produksi dan menjamin keberlanjutan usaha. Penelitian menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif, melibatkan peternak di Desa Ponggok. Peneliti mengumpulkan data melalui observasi langsung, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Secara sosial ekonomi, peternak di lokasi studi memiliki rata-rata umur 51–60 tahun dengan tingkat pendidikan rata-rata Sekolah Dasar (SD). Mereka umumnya memelihara layer strain Malindo dengan populasi antara 2.000 hingga 3.000 ekor. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pakan selfmix memberikan penampilan produksi yang memadai: rata-rata konsumsi pakan harian mencapai 120 gram per ekor. Tingkat produksi telur harian (Hen Day Production - HDP) berada pada angka 85%. Namun, pakan selfmix ini tampak memengaruhi kualitas fisik telur; warna cangkang telur sebagian besar (28%) berwarna cokelat, dan tekstur cangkang 91% termasuk mutu 3, yang berarti sedikit kasar. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pakan selfmix berhasil mempertahankan produktivitas yang tinggi (HDP), tetapi peternak perlu melakukan penyesuaian formulasi untuk memperbaiki kualitas dan konsistensi fisik cangkang telur. Kata kunci: selfmix, konsumsi pakan, hen day production, tekstur cangkang, warna cangkang