Estimasi tinggi badan merupakan parameter penting dalam identifikasi forensik, khususnya pada kasus Disaster Victim Identification (DVI) di mana tubuh korban sering ditemukan tidak utuh. Tulang humerus memiliki nilai forensik tinggi karena kekuatan dan frekuensinya ditemukan dalam kondisi utuh, sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan tinggi badan korban. Tinjauan sistematis ini bertujuan mengevaluasi akurasi estimasi tinggi badan berdasarkan panjang tulang humerus pada berbagai populasi dan metode pengukuran, serta menilai kesesuaiannya untuk aplikasi identifikasi forensik. Pencarian literatur dilakukan pada database PubMed, ScienceDirect, dan Google Scholar untuk periode 2020–2025 menggunakan kata kunci “humerus length”, “stature estimation”, dan “forensic identification”. Studi primer berbahasa Inggris atau Indonesia yang meneliti hubungan panjang humerus dengan tinggi badan dianalisis berdasarkan pedoman PRISMA. Dari 205 artikel yang diidentifikasi, tujuh penelitian memenuhi kriteria inklusi dan dianalisis secara naratif. Hasil menunjukkan bahwa korelasi antara panjang humerus dan tinggi badan berada pada kisaran r = 0,66–0,95 dengan Standard Error of Estimate (SEE) antara 1,2–5,4 cm. Model regresi berdasarkan jenis kelamin menunjukkan akurasi lebih tinggi dibandingkan model gabungan. Variasi akurasi antar populasi dipengaruhi oleh perbedaan etnis, teknik pengukuran, dan dimorfisme seksual. Sebagai kesimpulan, panjang tulang humerus merupakan parameter antropometri yang akurat dan dapat diandalkan untuk estimasi tinggi badan dalam konteks identifikasi forensik, tetapi formula regresi sebaiknya disesuaikan secara spesifik terhadap populasi dan jenis kelamin untuk meningkatkan presisi estimasi