Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Tinjauan Farmakogenomik dan Variasi Genetik Yang Mempengaruhi Respons Terapi Tuberkulosis Di Indonesia Rahmadani, Elsi Fitri; Aini, Putri Nur; Jayanti, Rena Dwi
RIGGS: Journal of Artificial Intelligence and Digital Business Vol. 4 No. 4 (2026): November - January
Publisher : Prodi Bisnis Digital Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/riggs.v4i4.3954

Abstract

Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat terbesar di Indonesia, terutama dengan tingginya beban kasus dan meningkatnya kejadian resistensi obat yang mengancam efektivitas terapi standar. Respons terhadap obat anti-tuberkulosis (OAT) dipengaruhi oleh interaksi kompleks antara faktor klinis, status imun pasien, kepatuhan pengobatan, serta variasi genetik baik pada host maupun Mycobacterium tuberculosis. Dalam beberapa tahun terakhir, farmakogenomik muncul sebagai pendekatan penting untuk memahami bagaimana polimorfisme genetik memengaruhi metabolisme obat, efektivitas terapi, serta potensi terjadinya toksisitas. Pada sisi patogen, mutasi pada gen katG, inhA, rpoB, embB, dan pncA telah diketahui berperan dalam mekanisme resistensi terhadap isoniazid, rifampisin, etambutol, dan pirazinamid, yang menjadi komponen utama regimen lini pertama. Di sisi host, variasi genetik seperti NAT2, SLCO1B1, CYP2E1, dan UGT1A1 berkontribusi terhadap perbedaan kecepatan metabolisme obat, distribusi farmakokinetik, dan kerentanan terhadap hepatotoksisitas yang sering menjadi penyebab penghentian terapi. Pemahaman yang lebih dalam terhadap kedua aspek genetik ini tidak hanya mendukung optimalisasi terapi yang lebih personal, tetapi juga berperan dalam strategi pencegahan resistensi lanjutan. Kemajuan teknologi, termasuk terapi gen dan gene editing, turut membuka peluang pengembangan pendekatan presisi dalam penatalaksanaan TB di masa depan. Dengan mengintegrasikan farmakogenomik, data genomik bakteri, serta informasi klinis pasien, pengobatan TB di Indonesia berpotensi menjadi lebih efektif, aman, dan berkelanjutan, sehingga memperkuat upaya nasional dalam menurunkan morbiditas, mortalitas, dan resistensi obat secara signifikan.