Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan prevalensi yang terus meningkat, termasuk pada usia produktif. Salah satu faktor risiko utamanya adalah pola makan tidak seimbang, seperti tingginya asupan natrium dan lemak jenuh serta rendahnya makan buah dan sayur. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi pada usia produktif di Kelurahan Banaran, Kota Kediri. Penelitian menggunakan desain analitik observasional dengan rancangan potong lintang. Sampel sebanyak 36 responden berusia 15–64 tahun dipilih dengan teknik purposive sampling. Data pola makan dikumpulkan melalui food frequency questionnaire (FFQ) terstandar, sedangkan status hipertensi diukur menggunakan sphygmomanometer aneroid. Analisis data menggunakan uji chi-square dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil menunjukkan responden dengan pola makan tinggi natrium dan rendah serat lebih banyak mengalami hipertensi (36%), sedangkan responden dengan pola makan seimbang sebagian besar tidak hipertensi (64%). Uji statistik menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pola makan dengan kejadian hipertensi pada usia produktif (p = 0,001; OR = 3,4; CI 95%: 1,7–6,9). Penelitian ini menyimpulkan bahwa pola makan berhubungan signifikan dengan kejadian hipertensi pada usia produktif di Kelurahan Banaran, Kota Kediri. Kata kunci: hipertensi, pola makan, usia produktif Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan prevalensi yang terus meningkat, termasuk pada usia produktif. Salah satu faktor risiko utamanya adalah pola makan tidak seimbang, seperti tingginya asupan natrium dan lemak jenuh serta rendahnya makan buah dan sayur. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi pada usia produktif di Kelurahan Banaran, Kota Kediri. Penelitian menggunakan desain analitik observasional dengan rancangan potong lintang. Sampel sebanyak 36 responden berusia 15–64 tahun dipilih dengan teknik purposive sampling. Data pola makan dikumpulkan melalui food frequency questionnaire (FFQ) terstandar, sedangkan status hipertensi diukur menggunakan sphygmomanometer aneroid. Analisis data menggunakan uji chi-square dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil menunjukkan responden dengan pola makan tinggi natrium dan rendah serat lebih banyak mengalami hipertensi (36%), sedangkan responden dengan pola makan seimbang sebagian besar tidak hipertensi (64%). Uji statistik menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pola makan dengan kejadian hipertensi pada usia produktif (p = 0,001; OR = 3,4; CI 95%: 1,7–6,9). Penelitian ini menyimpulkan bahwa pola makan berhubungan signifikan dengan kejadian hipertensi pada usia produktif di Kelurahan Banaran, Kota Kediri. Kata kunci: hipertensi, pola makan, usia produktif