Anemia masih menjadi masalah kesehatan remaja di Indonesia, terutama pada wilayah 3T yang minim intervensi gizi. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi dan perilaku konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Annur Teminabuan, Kabupaten Sorong Selatan. Latar belakang masalah terletak pada tingginya prevalensi anemia remaja serta rendahnya literasi gizi yang berimplikasi pada kualitas generasi mendatang. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah seluruh siswi SMP Annur yang berjumlah 57 orang, ditentukan dengan teknik total sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner terstruktur untuk mengukur pengetahuan gizi dan perilaku konsumsi zat besi, serta pemeriksaan kadar hemoglobin dengan metode cyanmethemoglobin. Analisis data dilakukan melalui uji Chi-Square dan Spearman Rank pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar hemoglobin responden adalah 9,36 ± 1,77 g/dL, dengan 86% responden mengalami anemia dalam berbagai tingkat keparahan. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan gizi rendah (66,7%) dan perilaku konsumsi zat besi kurang baik (59,6%). Uji statistik membuktikan adanya hubungan signifikan antara pengetahuan gizi dengan kejadian anemia (p = 0,044), sedangkan perilaku konsumsi zat besi menunjukkan hubungan mendekati signifikan (p = 0,052). Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengetahuan gizi berperan penting dalam menurunkan risiko anemia pada remaja putri. Implikasi praktis dari temuan ini adalah perlunya program intervensi berbasis sekolah yang mengintegrasikan edukasi gizi, distribusi tablet tambah darah, dan dukungan keluarga. Kontribusi penelitian ini terletak pada penyediaan bukti empiris dari Papua Barat yang memperkaya literatur gizi remaja serta mendukung kebijakan kesehatan nasional.