Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

ADSORPSI KARBON AKTIF DARI TONGKOL JAGUNG SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Cu2+ Dewi Putri Yuniarti
TEKNIKA: Jurnal Teknik Vol 2 No 1 (2015)
Publisher : Universitas IBA Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.141 KB) | DOI: 10.35449/teknika.v2i1.21

Abstract

Many reseerches about agricultural waste shows potency from this waste to be used as high quality of active carbon that can be used as (adsorbent) on gasoline and substances dissolved at solution. One of agricultural result in South Sumatera that is enough corn cob, where is solid waste that throun just. It is impossible since corncob contains about 40 % of cellulose. So, cellulose which can be used as an active carbon. There are two basic processes in the active carbon making, those are carbonization and activation. The aim of this study was to find out how the activated time gave influence to the adsorption capacity of active carbon as the metal ion Cu2+ adsorbent. The obtained data were analysed by using Atomic Adsorption Spectrophotometry (SNI 06-6989.6-2009). Moreover, the characteristic of the active carbon was ansalysed by Standart Nacional Indutrial (SNI 06-3730-1995). From the result of study, it was obtained that the activated time of 60 minutes with the activator H3PO4 0,5 M had the best adsorption capacity of 1.97 mg/g with the metal ion Cu2­+ concentration was 0,80 ppm. The characteristic of the missing part 9500C 20.54 %, water content of 11 %, ash content of 7 % and iodine number of 750.35 mg/g, pure active carbon 72.46 %, the density of bulk 0.31 g/ml, pass for the mesh size of 325 is 98 %. The adsorption capacity of active carbon from the corncob to the metal ion Cu2+ taken from the waste water sample at the shipyard painting work shop in Palembang was 0.1644 mg/g (97.60 %). Key words : Activated Carbon, Corn cob, Adsorption, AAS, Copper (II) Metal Ion.
PEMANFAATAN KITOSAN DARI CANGKANG BEKICOT (ACHATINA FULLICA) SEBAGAI PENGAWET ALAMI PADA IKAN NILA SEGAR Dewi Putri Yuniarti; Surya Hatina
Jurnal Redoks Vol 6, No 2 (2021): REDOKS JULI - DESEMBER
Publisher : Universitass PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/redoks.v6i2.6504

Abstract

Penelitian ini bertujuan menghasilkan produk kitosan dengan memanfaatkan cangkang dari bekicot, mengetahui pengaruh konsentrasi NaOH terhadap pembuatan kitosan dari pemanfaatan cangkang bekicot dan mengetahui pengaruh variasi konsentrasi pemberian kitosan (30%, 40%, 50%, 60% dan 70%) terhadap umur simpan ikan nila segar. Pada penelitian ini digunakan metode Kjeldahl. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah kitosan dapat dimanfaatkan sebagai anti mikroba pada ikan segar, hasil produk kitosan yang didapat bergantung pada proses deasetilasi, kitosan dengan variasi konsentrasi NaOH yang tinggi (70%) pada proses deasetilasi diketahui lebih baik karena  ketika digunakan pada proses pengawetan  ikan nila didapati daya simpan maksimumnya yaitu 130 jam, dan kitosan dengan variasi konsentrasi NaOH yang semakin tinggi (70%) semakin baik untuk dijadikan pengawetan ikan ikan nila yaitu memiliki kadar protein 19.74%.
PENGARUH PROSES AERASI TERHADAP PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DI PTPN VII SECARA AEROBIK dewi Putri Yuniarti; Ria Komala; Suhadi Aziz
Jurnal Redoks Vol 4, No 2 (2019): REDOKS JULI - DESEMBER
Publisher : Universitass PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (832.518 KB) | DOI: 10.31851/redoks.v4i2.3504

Abstract

AbstrakAerasi adalah suatu proses penambahan udara atau oksigen dalam air dengan membawa air dan udara ke dalam kontak yang dekat, dengan memberikan gelembung-gelembung halus udara dan membiarkannya naik melalui air. Limbah cair kelapa sawit merupakan nutrien yang kaya akan senyawa organik dan karbon, perlu dilakukan pengkajian secara ilmiah guna menjadikan limbah industri kelapa sawit yang di buang kelingkungan sesuai dengan batas yang diizinkan oleh Peraturan Gubernur sumatera selatan No 8 tahun 2012 tentang baku mutu air limbah kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh waktu operasi limbah cair kelapa sawit terhadap konsentrasi parameter COD, pH, dan N Total dengan metode air bubbling aerator. Sampel limbah sawit yang digunakan sebanyak 7 Liter, variabel proses yang meliputi waktu aerasi 24 jam selama 6 hari, serta penggunaan debit udara sebanyak 5 liter/menit sebagai variabel tetap. Parameter yang dianalisis adalah COD, pH, dan N Total. dengan konsentrasi COD sebelum pengolahan sebesar 1475.14 mg/l, sedangkan setelah diolah konsentrasinya turun menjadi 983.42 mg/l pada hari ke 3 dan 614.64 mg/l pada hari ke 4. Hasil ini menunjukkan bahwa metode aerasi mampu menyisihkan konsentrasi COD limbah cair pabrik kelapa sawit. Secara keseluruhan efisiensi penyisihan, COD, pH dan N Total yang diperoleh pada penelitian ini pada hari ke 4 adalah 24% -74 % dan pada hari ke 4. Kata Kunci: Limbah Cair ,Kelapa Sawit, COD, N Total, pH, Aerasi 
PENGARUH JUMLAH RAGI DAN WAKTU FERMENTASI PADA PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN BAHAN BAKU AMPAS TEBU Dewi Putri Yuniarti; surya Hatina; Winta Efrinalia
Jurnal Redoks Vol 3, No 2 (2018): REDOKS JULI-DESEMBER
Publisher : Universitass PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (607.427 KB) | DOI: 10.31851/redoks.v3i2.2391

Abstract

Kebutuhan energi yang mengalami peningkatan,sedangkan cadangan fosilterus mengalami penurunan seiring dengan penggunaannya. Tingginya penggunaan energi ini mendorong untuk dikembangkannya energi alternatif seperti pemanfaatan biomassa salah satunya yaitu bioetanol. Bahan baku dalam pembuatan bioetanol yaitu biomassa yang mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin salah satunya adalah ampas tebu. Ampas tebu merupakan limbah padatan dari pengolahan industri gula yang volumenya bisa mencapai 30-40 % dari tebu giling yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan aroma tidak sedap pada lingkungan jika tidak dimanfaatkan. Ampas tebu memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi untuk diolah menjadi energy alternative bioetanol. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah ampas tebu menjadi bioetanol melalui proses fermentasi menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae dengan variasi  penambahan ragi sebanyak 1 gram % b/v, 3 gram % b/v, dan 5 gram % b/v dari masa awal ampas tebu dengan lama waktu fermentasi 5 hari, 6 hari, 7 hari, 8 hari, dan 9 hari. Hasil penelitian menunjukkan kadar bioetanol tertinggi sebesar 4,9100% dihasilkan dari penambahan ragi 5 gram % b/v dengan lama waktu fermentasi 7 hari. Kata kunci : Bioetanol, Fermentasi ,Ragi
PENGARUH KOMPOSISI BOTTOM ASH, SABUT KELAPA, DAN BATUBARA SUB-BITUMINUS SERTA PENGARUH WAKTU PENGERINGAN DALAM KUALITAS BRIKET Surya Hatina; Faizal Sisnayati; Muhammad Ridwan; Dewi Putri Yuniarti
Jurnal Redoks Vol. 7 No. 2 (2022): REDOKS JULI - DESEMBER
Publisher : Universitass PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/redoks.v7i2.9306

Abstract

Limbah bottom ash yang masih memiliki nilai kalor yang cukup tinggi masih dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan bakar dengan mencampurkan limbah sabut kelapa dan batubara sub bituminus yang memiliki nilai kalor lebih tinggi. Pencampuran tersebut dipadatkan sebagai briket. Pada penelitian ini, briket dibuat dengan perbandingan sabut kelapa, abu dasar, dan batubara sub bituminus = 0,5:1:1 disertai perekat kanji. Waktu pengeringan briket adalah lima jam dalam oven memmert dengan suhu 105°C. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, dan analisis kalori. Hasilnya adalah briket dengan kadar air 5,90%, kadar abu 7,94%, kadar zat terbang 44,17%, dan nilai kalor 5647 kal/g dengan acuan nilai SNI01-6235-2000
Effect of Tomato Juice Volume on Coagulation Time and Latex Weight Dewi Putri Yuniarti; Hatina, Surya; Afriyani, Nidya
Sainmatika: Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol. 20 No. 2 (2023): Sainmatika : Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/sainmatika.v20i2.11322

Abstract

Natural latex clumping takes longer than using chemicals. Another alternative is needed to coagulate the latex by adding acid from natural ingredients. Tomatoes (Lycopersicum esculentum Mill) have 29.32 mg of ascorbic acid and 0.54 g of citric acid every 100 grams, they have the potential to be used as a natural latex coagulator. The research method add tomato juice to fresh latex to break down the emulsion and form rubber lumps. After mixing, the weight of the latex is weighed. The constant variables are the latex volume of 10 ml, and the tomato juice volume of 5,10,20,30,40,50,60,70,80,90 and 100 ml respectively. The higher the volume of tomato juice, the faster it will clot. The best volume of tomato juice is 100 ml with a clumping time of 52 minutes. Increasing the volume of tomato juice increased the weight of latex to 13.1 grams and reduced the pH of latex to 4.9. Giving tomato juice every 5 ml accelerated clumping up to 360 minutes (6 hours) compared without tomato juice.
Analisa Viskositas, Densitas, Dan Kandungan Air Pada Pelumas Bekas Yang Dijadikan Bahan Bakar Solar Hatina, Surya; Dewi Putri Yuniarti; Kemas Diaz Gistara; Ria Komala
Jurnal Redoks Vol. 9 No. 2 (2024): REDOKS JULI - DESEMBER
Publisher : Universitass PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/redoks.v9i2.15124

Abstract

Penggunaan pelumas kendaraan telah menjadi kebutuhan yang wajib dipenuhi tiap bulan atau pun rutin diganti paling lama setahun. Tidak acap kali bahwa penggunaan pelumas kendaraan begitu luas dari penggunaan mesin kendaraan, baik kendaraan ringan maupun berat sekalipun. Banyak kasus permasalahan terkait tentang pembuangan pelumas bekas langsung ke lingkungan tanpa adanya treatment yang di lakukan. Penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan kembali pelumas bekas menjadi bahan bakar solar, dengan memakai bahan kimia tambahan H2SO4 dan NaOH. Pelumas yang dipakai adalah pelumas kendaraan roda dua, Honda AHM Oil MPX 1 10W-30 API SL 4T menggunakan pemanas dehydrator 90°C. Variabel yang digunakan yaitu volume pelumas bekas 50 mL, 75 mL dan 100 mL. Penambahan NaOH 5 gr, 8 gr, dan 10 gr, dan H2SO4 96% 5 mL, 8 mL, dan 10 mL. Parameter yang diamati adalah massa jenis (density), kekentalan zat (viskositas), dan kadar air (moisture). Dari analisa yang dilakukan didapatkan hasil terbaik dari beberapa sample uji, dengan nilai massa jenis 0,8267 g/cm3 pada nomor sample 2. Kekentalan zat 16,233 cP pada nomor sampel 2. Dan kadar air 0,51% pada nomor sampel 9.
Optimization of Palm Shell Drying to Enhance Adsorption Performance: A Kinetic Study and Exponential Model Surya Hatina; Dian Sari Dewi; Alfina; Sisnayati; Dewi Putri Yuniarti; Komala, Ria
Sainmatika: Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol. 21 No. 2 (2024): Sainmatika : Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/sainmatika.v21i2.16722

Abstract

Palm shell has great potential as an adsorbent material due to its porosity and thermal stability, but its high moisture content can affect its surface area and absorption capacity. This study aims to optimize the drying process of palm shells to enhance their adsorption performance by applying an exponential model. The drying process was carried out at a temperature of 80°C with time variations ranging from 1 to 6 hours. Parameters measured included wet and dry moisture content, Moisture Ratio (MR), and drying rate. The results showed that drying the palm shell for 4 hours yielded the best results, with a reduction in wet moisture content by 19-21% and dry moisture content by 23-28%. The exponential model analysis provided drying rate constants for the three samples of 0.0443, 0.0238, and 0.0159, respectively. The measured MR graph compared with the model predictions showed a very good fit, with an R² value close to 1, meaning the exponential model is effective in predicting the drying rate. Adsorption performance was tested using a Dylon dye solution with a concentration of 25 ppm, where the palm shell was able to adsorb up to 85% of the dye within 180 minutes.