Tingkat kelulusan sekolah di Kabupaten Merauke yang hampir mencapai 100 % pada setiap tahun pelajaran selalu memunculkan pertanyaan karena rendahnya tingkat kelulusan pada tes masuk ke perguruan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi para guru terhadap dua alternatif pilihan mengutamakan pelaksanaan kode etik kejujuran profesional dengan konsekuensi ada banyak siswa yang tidak lulus atau mengutamakan kelulusan siswa dengan konsekuensi melanggar kode etik kejujuran profesional. Untuk mendapatkan data tentang persepsi guru terhadap dua alternatif pilihan tersebut, saya menerapkan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian survey. Sampel penelitian ini berjumlah 97 orang, diambil secara purposif dari antara para kepala sekolah dan guru di Kabupaten Merauke. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para guru lebih cendrung memilih untuk melanggar kode etik kejujuran profesional demi membantu para siswa meraih sukses daripada setia melaksanakan kejujuran profesional dengan tetap membiarkan siswa tidak lulus. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan yang sangat bermanfaat bagi pengambil kebijakan pendidikan di Kabupaten Merauke, untuk mengambil langkah-langkah strategis yang dapat menopang guru untuk secara loyal melaksanakan kode etik ‘kejujuran profesional’-nya tanpa harus mengorbankan kelulusan siswa
Copyrights © 2018