Sadar atau tidak, manusia menghidupi hidupnya dalam rentetan tanggung jawab kepada Sang Pemberi hidup. Ini berarti setiap pengalaman hidup manusia mesti selalu berada dalam bingkai tanggung jawab kepada Tuhan sendiri. Persoalannya, tatkala berpapasan dengan pengalaman hidup yang seolah-olah tanpakehadiran dan campur tangan Tuhan, kita tergoda untuk menghakimi dan meragukan kehadiran DIA karena dalam angan kita, seolah-olah Tuhan absen dalam peristiwa tertentu hidup kita. Paling menyolok, persoalan ini muncul dalam pengalaman kejahatan, penderitaan, dan kematian hidup kita. Tulisan ini bermaksud menghadirkan kembali argumen-argumen klasik berhadapan dengan persoalan abadi ini yang dalam ranah teologi dikenal dengan problem teodicea. Reartikulasi argumen-argumen ini dianggap penting dan perlu karena kebaruannya ditemukan dalam setiap pengalaman kejahatan, penderitaan, dan kematian yang memang unik bagi setiap orang.
Copyrights © 2018