Abstrak Artikel ini merupakan sebuah catatan tentang usaha menggerakkan pemuda, khususnya aktivis, di era milenial. Pendekatan refleksif-retrospektif-naratif digunakan untuk menelaah aktivisme kaum muda. Interaksi grup WA dan diskusi-diskusi intensif dengan para aktivis menjadi bahan baku telaah. Pencarian jati diri pemuda yang bersifat superfisial sebagai akibat hilangnya jangkar kebudayaan dan kuatnya cengkaraman individualisme dan materialisme merupakan tantangan terbesar untuk menanamkan nilai dan tujuan ideologis bangsa. Minoritas kreatif dapat terbentuk saat kesamaan visi dicapai melalui pembagkitan kesadaran kemandirian (zelfbestuur) dan konsolidasi aksi untuk hijrah. Kata Kunci: Pemuda Milenial; Minoritas Kreatif; Aktivis; Zelfbestuur Abstract This article is a record of efforts to mobilize youth, especially activists, in the millennial era. The reflexive-retrospective-narrative approach is used to examine youth activism. Interaction with activists via WA group as well as intense discussions became the materials of analysis. The search for a superficial identity as a result of the loss of the cultural anchor and individualism as well as materialism entrapment is the biggest challenge when one wants to instill the nation's ideological values and goals to the youth. Creative minorities can be formed when the common vision is achieved through consciousness awakening (zelfbestuur) and action consolidation for hijrah. Keywords: Millenial Youth; Creative Minorities; Activist; Zelfbestuur
Copyrights © 2019