Individu jantan ikan pelangi Iriatherina werneri lebih digemari sebagai ikan hias dibandingkan individu betina. Ikan jantan memiliki bentuk sirip punggung kedua dan sirip anal yang panjang seperti filament dan warna tubuh yang indah. Namun permasalahannya adalah secara alami populasi ikan jantan yang dihasilkan rendah. Oleh karena itu, maskulinisasi diperlukan untuk meningkatkan jumlah populasi ikan jantan. Teknik maskulinisasi menggunakan perendaman embrio fase bintik mata di dalam larutan hormon 17α-metiltestosteron (MT). Tujuan penelitian yaitu mengkaji persentase ikan jantan, tingkat penetasan telur, sintasan, abnormalitas dan pertumbuhan panjang total ikan pelangi melalui perendaman embrio pada dosis MT dan lama perendaman berbeda. Embrio yang digunakan pada fase organogenesis berumur 64 jam 40 menit setelah pembuahan. Perlakuan yang digunakan yaitu dosis MT 15, 30 dan 45 mg L-1, serta lama perendaman selama 6, 12 dan 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi perlakuan MT dosis 30 mg L-1 dan lama perendaman 6 jam merupakan kombinasi perlakuan terbaik yaitu menghasilkan ikan jantan 56,67%. Kombinasi perlakuan tersebut juga menghasilkan tingkat penetasan telur, abnormalitas dan pertumbuhan panjang total ikan pelangi pada kisaran normal. Pemberian MT dosis tinggi dan pemaparannya yang lama pada embrio dapat menurunkan performa penetasan telur dan kualitas larva ikan pelangi. Bentuk abnormal terlihat pada tulang belakang bengkok dan bentuk mulut yang tidak sempurna. Kajian maskulinisasi pada ikan pelangi masih perlu dilakukan untuk memperoleh sintasan yang lebih baik.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2019