Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

STUDI HABITAT DAN PENGANGKUTAN SISTEM TERTUTUP PADA IKAN RONO Oryzias sarasinorum POPTA, 1905 ENDEMIK DANAU LINDU SEBAGAI DASAR UNTUK DOMESTIKASI Herjayanto, Muh.; Waris, Abd.; Suwarni, Yulianti; Halia, Mudabbirah; Gani, Abdul; Findayani, Nugra; Cahyani, Regita
Jurnal Akuatika Indonesia Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (27.83 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v3i2.20483

Abstract

Oryzias sarasinorum atau disebut rono oleh masyarakat setempat merupakan ikan endemik di danau Lindu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Ikan ini terancam punah di habitatnya, sehingga domestikasi (pemeliharaan dan pengembangbiakan) di lingkungan terkontrol mendesak dilakukan sebagai salah satu upaya konservasi. Salah satu dasar domestikasi ikan liar adalah pengetahuan terhadap habitat mereka. Tahap selajutnya yaitu membawa ikan tersebut dari habitat aslinya ke lingkungan terkontrol. Masalah pengangkutan ikan dengan sistem tertutup yaitu kematian, sehingga perlu penggunaan zeolit, arang aktif dan garam dalam air media pengangkutan. Perlakuan yaitu penambahan 20 g zeolit + 10 g arang aktif pada media air tanpa garam (A), 1 g L-1 garam (B), 2 g L-1 (C) dan tanpa zeolit, arang aktif dan garam (D). Tujuan penelitian yaitu menganalisis beberapa karekteristik habitat, sintasan selama pengangkutan dan pemeliharaan pascapengangkutan. Habitat ikan rono di pesisir Lovu danau Lindu memiliki dasar landai, substrat pasir kasar, warna air cokelat-teh, terdapat serasah, tanaman air Phragmites karka. Juwana dan larva ikan rono berenang bergerombol di sekitar tanaman dala yang terendam air. Ikan rono muda dan dewasa terlihat makan di atas substrat dasar perairan. Spesies ikan lain yang ditemukan di habitat ini yaitu nila Oreochromis sp., sepat Trichopodus sp., serta Gambusia affinis. Penambahan zeolit dan arang aktif selama pengangkutan dapat meningkatkan sintasan ikan rono dibandingkan tanpa penambahan. Perlakuan A menghasilkan sintasan yang lebih tinggi 62,50% dibandingkan B dan 37,50% dibandingkan C selama pemeliharaan pascapengangkutan pada penelitian ini.
Rancang Bangun Sistem Monitoring Kualitas Air untuk Pemeliharaan Organisme Laut Susanto, Adi; Alimuddin, Alimuddin; Herjayanto, Muh.; Budiaji, Weksi; Fitria, Nur
JEPIN (Jurnal Edukasi dan Penelitian Informatika) Vol 6, No 3 (2020): Volume 6 No 3
Publisher : Program Studi Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jp.v6i3.42899

Abstract

Kualitas air pada wadah pemeliharaan dan budidaya organisme laut merupakan aspek penting yang harus diperhatikan. Mekanisme pemeliharaan dan kontrol kualitas air laut lebih kompleks dibandingkan dengan air tawar karena lebih rentan terhadap cemaran yang berasal dari sisa metabolisme atau sisa makanan. Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan untuk melakukan manajemen kualitas air secara terkontrol sehingga lebih efisien. Pengembangan sistem monitoring kualitas air dapat dilakukan menggunakan mikrokontrol arduino yang dilengkapi dengan sensor suhu, DO (dissolved oxygen) dan salinitas. Ketiga parameter tersebut menjadi pembatas utama bagi kelangsungan hidup organisme air laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem yang dibangun dapat bekerja baik sesuai dengan perubahan kondisi parameter pengukuran dengan tingkat kesalahan 0,8-3,8%. Kebutuhan listriknya yang rendah (9 volt) memungkinkan variasi sumber energi yang dapat digunakan antara lain aliran listrik negara, generator, baterai, maupun sumber energi terbarukan seperti energi matahari atau energi angin. Meskipun demikian, keandalan sistem monitoring yang dibangun memerlukan validasi di lapangan sebelum diterapkan pada lingkungan yang sebenarnya.
Embriogenesis, Perkembangan Larva dan Viabilitas Reproduksi Ikan Pelangi Iriatherina Werneri Meinken, 1974 pada Kondisi Laboratorium Muh. Herjayanto; Odang Carman; Dinar Tri Soelistyowati
Akuatika Indonesia Vol 2, No 1 (2017): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.43 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v2i1.23389

Abstract

Ikan pelangi Iriatherina werneri diperdagangkan sebagai ikan hias, karena memiliki warna dan bentuk sirip yang indah terutama untuk individu jantan. Perkembangan budidaya ikan pelangi terkendala oleh kurangnya informasi biologi terkait perkembangan embrio (embriogenesis), perkembangan larva, viabilitas reproduksi dan sejarah kehidupannya. Tujuan dari penelitian untuk mengkaji embriogenesis, perkembangan larva dan viabilitas reproduksi pada ikan pelangi I. werneri sebagai informasi dasar untuk menunjang kegiatan budidaya dan konservasi. Pengamatan embriogenesis menggunakan 100 butir embrio yang dimasukkan pada empat buah wadah inkubasi berukuran (19,5 × 13,5 × 8,5) cm3. Pengamatan viabilitas reproduksi dan pertumbuhan menggunakan 200 butir embrio yang dimasukkan pada lima buah wadah berukuran (19,5 × 19,5 × 19,5) cm3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa embrio ikan pelangi berkembang mulai dari fase pembelahan sel, morula, blastula, gastrula, organogenesis dan menetas menjadi larva pada saat 124 jam 5 menit setelah pembuahan. Telur mulai menetas pada hari keempat (15,11%) dan berakhir pada hari keenam (23,35%) dengan puncak penetasan terjadi pada hari kelima (61,54%) setelah pembuahan. Ikan telah menjadi juvenil pada umur 35 hari setelah menetas dengan panjang total >12 mm. Viabilitas reproduksi I. werneri pada penelitian ini yaitu tingkat penetasan sebesar 62,04%; tingkat kelangsungan hidup sampai umur 50 hari setelah menetas sebesar 62,72% dan ikan jantan secara alami sebanyak 20%.
Maskulinisasi Ikan Pelangi Iriatherina werneri Meinken, 1974 Menggunakan Hormon 17α-Metiltestosteron Melalui Perendaman Embrio Muh. Herjayanto; Odang Carman; Dinar Tri Soelistyowati
Akuatika Indonesia Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jaki.v%vi%i.21516

Abstract

Individu jantan ikan pelangi Iriatherina werneri lebih digemari sebagai ikan hias dibandingkan individu betina. Ikan jantan memiliki bentuk sirip punggung kedua dan sirip anal yang panjang seperti filament dan warna tubuh yang indah. Namun permasalahannya adalah secara alami populasi ikan jantan yang dihasilkan rendah. Oleh karena itu, maskulinisasi diperlukan untuk meningkatkan jumlah populasi ikan jantan. Teknik maskulinisasi menggunakan perendaman embrio fase bintik mata di dalam larutan hormon 17α-metiltestosteron (MT). Tujuan penelitian yaitu mengkaji persentase ikan jantan, tingkat penetasan telur, sintasan, abnormalitas dan pertumbuhan panjang total ikan pelangi melalui perendaman embrio pada dosis MT dan lama perendaman berbeda. Embrio yang digunakan pada fase organogenesis berumur 64 jam 40 menit setelah pembuahan. Perlakuan yang digunakan yaitu dosis MT 15, 30 dan 45 mg L-1, serta lama perendaman selama 6, 12 dan 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi perlakuan MT dosis 30 mg L-1 dan lama perendaman 6 jam merupakan kombinasi perlakuan terbaik yaitu menghasilkan ikan jantan 56,67%. Kombinasi perlakuan tersebut juga menghasilkan tingkat penetasan telur, abnormalitas dan pertumbuhan panjang total ikan pelangi pada kisaran normal. Pemberian MT dosis tinggi dan pemaparannya yang lama pada embrio dapat menurunkan performa penetasan telur dan kualitas larva ikan pelangi. Bentuk abnormal terlihat pada tulang belakang bengkok dan bentuk mulut yang tidak sempurna. Kajian maskulinisasi pada ikan pelangi masih perlu dilakukan untuk memperoleh sintasan yang lebih baik.
Studi Habitat dan Pengangkutan Sistem Tertutup pada Ikan Rono Oryzias sarasinorum Popta, 1905 Endemik Danau Lindu sebagai Dasar untuk Domestikasi Muh. Herjayanto; Abd. Waris; Yulianti Suwarni; Mudabbirah Halia; Abdul Gani; Nugra Findayani; Regita Cahyani
Akuatika Indonesia Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (776.528 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v3i2.23396

Abstract

Oryzias sarasinorum atau disebut rono oleh masyarakat setempat merupakan ikan endemik di danau Lindu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Ikan ini terancam punah di habitatnya, sehingga domestikasi (pemeliharaan dan pengembangbiakan) di lingkungan terkontrol mendesak dilakukan sebagai salah satu upaya konservasi. Salah satu dasar domestikasi ikan liar adalah pengetahuan terhadap habitat mereka. Tahap selajutnya yaitu membawa ikan tersebut dari habitat aslinya ke lingkungan terkontrol. Masalah pengangkutan ikan dengan sistem tertutup yaitu kematian, sehingga perlu penggunaan zeolit, arang aktif dan garam dalam air media pengangkutan. Perlakuan yaitu penambahan 20 g zeolit + 10 g arang aktif pada media air tanpa garam (A), 1 g L-1 garam (B), 2 g L-1 (C) dan tanpa zeolit, arang aktif dan garam (D). Tujuan penelitian yaitu menganalisis beberapa karekteristik habitat, sintasan selama pengangkutan dan pemeliharaan pascapengangkutan. Habitat ikan rono di pesisir Lovu danau Lindu memiliki dasar landai, substrat pasir kasar, warna air cokelat-teh, terdapat serasah, tanaman air Phragmites karka. Juwana dan larva ikan rono berenang bergerombol di sekitar tanaman dala yang terendam air. Ikan rono muda dan dewasa terlihat makan di atas substrat dasar perairan. Spesies ikan lain yang ditemukan di habitat ini yaitu nila Oreochromis sp., sepat Trichopodus sp., serta Gambusia affinis. Penambahan zeolit dan arang aktif selama pengangkutan dapat meningkatkan sintasan ikan rono dibandingkan tanpa penambahan. Perlakuan A menghasilkan sintasan yang lebih tinggi 62,50% dibandingkan B dan 37,50% dibandingkan C selama pemeliharaan pascapengangkutan pada penelitian ini.
Preliminary Study of Caridina kaili Domestication, Endemic Shrimp to Lake Lindu, Central Sulawesi, Indonesia Muh Herjayanto; Samliok Ndobe; Abdillah Abdillah; Muamar Muamar; Puput Melaty; Abdul Gani; Muhammad Fadli; Novian Suhendra; Abd Waris; Musdalifa Musdalifa
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 9, No 2 (2019)
Publisher : JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/jpk.v9i2.8629

Abstract

Caridina kaili is one of the endemic shrimp in Lake Lindu, Central Sulawesi, Indonesia. This shrimp has beautiful color and potential as ornamental shrimp, so it needs to be domesticated. The successful ex situ breeding of C. kaili is also expected to avoid overexploitation the shrimp in their habitat in the future. The aim of this study to analized habitat characteristics, survival during and rearing after transportation, percentage of moulting and growth of C. kaili during post-transport rearing. Shrimp are collected in two inlet rivers in Lake Lindu, Uwe Pada and Uwe Lembosa. Transportation using a closed system with a density of 15 ind./L. Shrimp from Uwe Pada are transported for 8 hours 8 minutes, while shrimp from Uwe Lembosa 11 hours 39 minutes. The results showed that C. kaili lives in the shore of streams which have slow current and clear, substrate is coarse sand, mud-sand and leaf litter, and plant roots. The habitat has a temperature range of 18.9-22.7°C; pH 7.73-8.17 and dissolved oxygen 1.99-2.11 mg/L. Survival and percentage molting during transport ranges from 96-100% and 4-5%. During post-transportation rearing, the final survival of shrimp from Uwe Pada is higher (88%) compared to Uwe Lembosa (67%). Higher moulting percentage of shrimp from Uwe Lembosa (27.6-31.4%) and lower growth (0.31 cm long and 0.56 g weight) compared to shrimp from Uwe Pada (moulting 19.6-22.2%, 0.56 cm long and 0.81 g weight), indicate stress conditions of shrimp from Uwe Lembosa due to longer transportation. This study is the first report on the performance of C. kaili during transportation and rearing post-transportation in a controlled environment
Evaluation of fermented of Palm Kernel Meal by Saccharomyces cerevisiae in Tilapia Fed Achmad Noerkhaerin Putra; Syamsul Fajri Hidayat; Mas Bayu Syamsunarno; Mustahal Mustahal; Dodi Hermawan; Muh. Herjayanto
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 10, No 1 (2020)
Publisher : JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/jpk.v10i1.8978

Abstract

Palm kernel meal (PKM) is the potential of raw material for feed fish ingredient because it has good nutritional content and abundant availability in Indonesia. The study was conducted to evaluate of PKM fermented as feedstuffs as well as the effect on feed digestibility of tilapia. This research consisted of 2 trials: the the test of S. cerevisiae fermentation on PKM and digestibility test of PKM as feedstuffs. The first trial used a factorial randomized design consisting of 2 factors: S. cerevisiae dose (0; 0.9; 1.5%) and incubation time (0, 24, 48 hours) with 3 replications. The second trial used a completely randomized design consisting of 3 treatment of test feed, namely A: reference feed, B: reference feed + PKM, C: reference feed + PKM fermented and 4 replications. Fish (initial weight: 5.34 ± 0.14 g) were reared in an aquarium for 40 days with a recirculation system. The results showed that the fermented of 1.5% S. cerevisiae and time incubation for 24 hours recorded the lowest crude fiber content (8.86 ± 0.51%). The highest total digestibility value (P <0.05) was found in treatment A (45.36 ± 2.17%) and C (46.61 ± 2.36%) compared to treatment B (38.46 ± 1, 07%). The highest protein digestibility value significantly (P <0.05) was found in treatments A and C (72.89 ± 4.57%, 74.27±1.26%, respectively) than treatment B (58.70 ± 3.57%). Finally, it can be concluded that the fermentation of PKM by S. cerevisiae can be used as feedstuffs for tilapia feed.
Preliminary study of closed system transportation, rearing and observation of the eggs Oryzias javanicus (Bleeker 1854) from Tunda Island Muh Herjayanto; Mas Bayu Syamsunarno; Nugroho Agung Prasetyo; Annisa Misykah Mauliddina; Lukman Anugrah Agung; Esa Rama Widiyawan; Novita Rahmayanti; Novitasari Irianingrum; Etin Nurkhotimah; Abdul Gani; Vianka Nafisa Salsabila
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 20 No 1 (2020): February 2020
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v20i1.513

Abstract

Wild Oryzias javanicus from Tunda Island has potential as a native Indonesian aquatic ornamental fish and a model for research in the laboratory. The preliminary stage for raising wild fish is transporting from nature to the aquacul-ture environment. Generally, to minimize fish stress during transport in a closed system, anesthetics are added to the transport media. Furthermore, good adaptation in the aquaculture environment will lead to the process of reproduction as the ultimate goal of domestication of wild fish. The research objective is to analyze the transportation of closed systems and the rearing of O. javanicus post-transportation from Tunda Island. Research observations were carried out on behavior, survival, the number of eggs, and male: female sex ratio. Transport using an additional anesthetic treatment of 0.4 mL L-1 and without anesthesia, with fish density of 16 L-1. Anesthesia used is the commercial product Ocean Free® Special Arowana Stabilizer. Transportation is carried out for 11 hours. After that, rearing post-transportation is carried out for 16 days. The results showed that the transportation of O. javanicus can use a closed system without the addition of anesthesia with a density of 16 L-1 for 11 hours. In post-transport maintenance, fish begin active swimming on day 5, swim in groups continuously on day 6, start responding to natural food on day 3 and artificial feed on day 7, and produce a final survival of 91.67%. During maintenance, O. javanicus produces 104 eggs, 0.94 ± 0.06 mm in diameter and has an attaching filaments and a non-attaching filaments in the chorion. Oryzias javanicus is an egg depositor that can spawn with a 1: 1 and 1: 2 sex ratio. Abstrak Oryzias javanicus liar asal Pulau Tunda memiliki potensi sebagai ikan hias akuaskap asli Indonesia dan model untuk penelitian di laboratorium. Tahap awal untuk memelihara ikan liar yaitu melakukan pengangkutan dari alam ke lingkungan budi daya. Umumnya, untuk meminimalkan stres ikan selama pengangkutan sistem tertutup, dilakukan penambahan anestesi ke media pengangkutan. Selanjutnya, adaptasi yang baik dalam lingkungan budidaya, akan menyebabkan terjadinya proses reproduksi sebagai tujuan akhir domestikasi ikan liar. Tujuan penelitian yaitu meng-kaji pengangkutan sistem tertutup dan pemeliharaan pascapengangkutan O. javanicus asal Pulau Tunda. Pengamatan penelitian meliputi tingkah laku, sintasan, jumlah telur dan nisbah kelamin jantan : betina. Pengangkutan mengguna-kan perlakuan penambahan anestesi 0,4 mL L-1 dan tanpa anestesi dengan kepadatan 16 ekor L-1. Anestesi yang digunakan yaitu produk komersial Ocean Free® Special Arowana Stabilizer. Pengangkutan dilakukan selama 11 jam. Setelah itu, dilakukan pemeliharaan selama 16 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengangkutan O. javanicus dapat menggunakan sistem tertutup tanpa penambahan anestesi dengan kepadatan 16 ekor L-1 selama 11 jam. Pada pemeliharaan pascapengangkutan, ikan mulai aktif berenang pada hari ke 5, berenang berkelompok secara kontinu pada hari ke 6, mulai merespons pakan alami pada hari ke 3 dan pakan buatan pada hari ke 7, dan menghasilkan sintasan akhir sebesar 91,67%. Selama pemeliharaan, O. javanicus menghasilkan 104 butir telur, diameter 0,94±0,06 mm dan dilengkapi filamen dan fili pada korion. Oryzias javanicus adalah egg depositor yang dapat memijah dengan nisbah kelamin 1:1 dan 1:2.
Early Study on Embryogenesis O.woworae at Different Salinities Fani Savitri Agatha; Mustahal Mustahal; Mas Bayu Syamsunarno; Muh. Herjayanto
Jurnal Biologi Tropis Vol. 21 No. 2 (2021): Mei - Agustus
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v21i2.2574

Abstract

Oryzias woworae is an endemic fish of Sulawesi. This endemic fish naturally had faced endangered illegal and unlawful capture, therefore it is needed to be protected and conserved by a cultivation system. This research aims to provide basic information related to the cultivation of O. woworae to know the optimum salinity of hatching media and its influence on the hatchability of eggs and the length of time hatching O. woworae. This research was conducted using experimental methods and presented descriptively. The treatment used in this study is 0 ppt, 2-4 pt, 6-8 ppt, 10-12 ppt. The results showed that O. woworae eggs can hatch in salinity 0 ppt until 10-12 ppt and the best salinity for the length of hatching time is treatment of 2-4 ppt which is 7th day 14 hours 20 minutes. Treatment 0 ppt, 2-4 ppt and 6-8 ppt can reach 100%. This can be concluded that the optimum salinity of the hatching rate of Oryzias woworae until 6-8 ppt, but in treatment 10-12 ppt hatchability only gets 80% as some embryos become shrinking. Hatchability per day shows the treatment of 2-4 ppt is the best treatment, on the 7th day as much as 40% and on the 8th day as much as 40%. The optimal salinity for hatching O. woworae eggs is  2-4 ppt treatment, salinity that can expedite the length of hatching time and produce  hatching rate by 100%.  
EFEK PENAMBAHAN PREBIOTIK PADA PAKAN BERBASIS BAHAN BAKU LOKAL UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN KECERNAAN PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus Achmad Noerkhaerin Putra; Aulia Yuaninda; Syah Banten Anarki; Mas Bayu Syamsunarno; Mustahal Mustahal; Dodi Hermawan; Muhammad Herjayanto
Leuit (Journal of Local Food Security) Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Pusat Unggulan Iptek Ketahanan Pangan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37818/leuit.v1i1.6899

Abstract

This research was conducted to evaluate the effect of prebiotics addition in feed-based feedstuffs locally on growth and feed digestibility of tilapia. Tilapia (5.19 ± 0.01 g) were reared with a density of 20 fish/container for 45 days. The study consisted of 3 treatments (control, 0.5% prebiotic, 1% prebiotic) with 4 replications.Moringa leaf meal, lamtoro leaf meal and rice bran were used in this study as the local feedstuffs, while the prebiotics used were sweet potato extract. The results showed that the total digestibility and specific growth rate were higher (P<0.05) in prebiotic addition compared to controls. 1% prebiotics treatment showed the best value of protein digestibility (78.24 ± 3.97), specific growth rate (1.57 ± 0.02) and feed efficiency (39.13 ± 0.76) than the other treatments.
Co-Authors Abd Waris Abd. Rasyid Syamsuri Abd. Waris Abdillah Abdillah ABDUL GANI Abdul Gani Abdul Gani Abdul Gani Abdul Gani Abdul Gani Abdul Gani Abdul Rahem Faqih Achmad Afif Bakri Achmad Noer Faqih Achmad Noerkhaerin Putra Adi Susanto Adi Susanto Adriany, Devita Tetra Agung Pramana Warih Marhendra, Agung Pramana Warih Ahmad Fahrul Syarif Ahmad Luthfi Nur Fauzi Akhsan Fikrillah Paricahya Alapi, Rahmat ali, wildayanti Alimuddin Andi Iqbal Burhanuddin Annisa Misykah Mauliddina Annisa Misykah Mauliddina Aris Munandar Aris Munandar Aulia Yuaninda Badia Raja Parlinggoman Bakri, Achmad Afif Betutu Senggagau, Betutu Budiaji, Weksi Bungalim, Monicha Indrasari Cahyani, Regita Christian Julianto Opi Dawam Heksa Satria Dedeh Jubaedah Devita Tetra Adriany Dewa Gede Raka Wiadnya Dinar Tri Soelistyowati Dinda Trie Suci Dodi Hermawan Edo Ahmad Solahuddin Edo Ahmad Solahudin Edo Ahmad Solahudin Eltis Panca Ningsih, Eltis Panca Erwin Wuniarto, Erwin Esa Rama Widiyawan Esa Rama Widiyawan Esa Rama Widiyawan Esa Rama Widiyawan Etin Nurkhotimah Exel Muhamad Rizki Exel Muhamad Rizki Fadhil Naufal Tamirrino Fadillah, Tia Noer Faisal, Ibnu Fani Savitri Agatha Fanny Yulianti Fatimah Fathimah Zahro Fatimah, Fanny Yulianti Findayani, Nugra Ginanjar Pratama Ginanjar Pratama Ginanjar Pratama Halia, Mudabbirah Halik, Moh. Nur Hartina Harton Arfah Hasanah, Afifah Nurazizatul Humaidi, Agus Hussein, Ahmad Saddam Ilham Septian Intan Nurani Drana Wasistha Irawati Mei Widiastuti Itok Dwi Kurniawan Jusmanto Jusmanto Kamaludin Ahmadi Khartiono, Lady Diana Kholil, Kiki Nur Azam Kiki Roidelindho Kusmadi Lukman Anugrah Agung Madinawati Magfira Magfira Mas Bayu Syamsunarno Mas Bayu Syamsunarno Mas Bayu Syamsunarno Mas Bayu Syamsunarno Mas Bayu Syamsunarno Mas Bayu Syamsunarno Mas Bayu Syamsunarno Mas Bayu Syamsunarno, Mas Bayu Meata, Bhatara Ayi Meata, Bhatara Ayi Mohamad Ayip Firmansyah Mohamad Ayip Firmansyah Muamar Muamar Mudabbirah Halia Muh. Iqbal Adam Muhamad Iqbal Muttaqin Muhammad Fadli Muhammad Nur Muhammad Rizki Maulana Munandar, Aris Musdalifa Musdalifa Mustahal Mustahal Mustahal Mustahal Mustahal Mustahal Mustahal Muta Ali Khalifa Nabila Putri Nada Thalia Permata Adriani Nasution, Ali Napiah Novalina Serdiati Novian Suhendra Novita Rahmayanti Novita Rahmayanti Novitasari Irianingrum Novitasari Irianingrum Nugra Findayani Nugroho Agung Prasetyo Nugroho Agung Prasetyo Nur ‘Aida Nur Fitria, Nur Nurjirana Nurjirana Nurjirana, Nurjirana Odang Carman Paricahya, Akhsan Fikrillah Puput Melaty Putri, Ika Wahyuni Putri, Nabila Rafi Maulana Rasyad Rahmat Padyawan, Andhy Rasul Regita Cahyani Rezaldi, Firman Rini Yanuarti Riski Awalia Rizki, Exel Muhamad Roidelindho, Kiki Rusmana Sababuli, Jeklin M. Salman, Abrar Mujahidin Samliok Ndobe Saputri, Rengga Retno Laila Solahuddin, Edo Ahmad Solahudin, Edo Ahmad Sri Fajriah Suardi Laheng, Suardi Suci, Dinda Trie Sufaichusan, Ifa Suryatama, Yahya Rizkiandra Sutisna Suwarni, Yulianti Syah Banten Anarki Syamsul Fajri Hidayat SYARIFUL MUBAROK Syifa Alfiah Tia Noer Fadillah Ujianti, Rizky Muliani Dwi Vianka Nafisa Salsabila wandi Waris, Abd. Wasistha, Intan Nurani Drana Wicaksono, Aryo Wenang wisto, Wisto Yenny, Ratna Fitry Yuliana Kolo Yuliana Yuliana Yulianti Suwarni Zahro, Fathimah Zidan, Muh.