Dalam diri P. M. Noor bergabung darah aristokrat karena ia bergelar Pangeran, teknokrat karena ia seorang lnsinyur, birokrat karena ia pemah menjabat jabatan Gubemur pertama Kalimantan (1945-1950), Wakil Menteri Perhubungan (1945-1946), Menteri Pekeriaan Umum dan Tenaga (1950-1959), politisi karena ia pernah menjabat berbagai jabatan politis kenegraan. Sebagai pemimpin ia juga seorang negarawan karena ia memikirkan melalui proyek-proyek pembangunannya kesejahteraan Negara, bangsa dan rakyat, baik sekarang maupun yang akan datang. Perjalanan hidup lr. P.M. Noor merupakan pembelajaran yang berharga bagi kita semua. Segala aspek perjuangan dan pengabdiannya bagi Negara dan bangsa dapat menjadisuriteladan. Berkat kecerdasannya ide-ide besarnya jika bisa dilaksanakan sebagian apalagi jika seluruhnya akan menjadikan Negara dan bangsa ini makmur sejahtera. Tapi ia menyadari betul bahwa itu mustahil direalisasikan dalam satu atau dua generasi. Namun ia telah meninggalkan cetak-biru (blue print) bagi generasi penerus. Terserah kita mau mengikuti atau tidak. Pembangunan Negara dan bangsa harus selalu berlanjut-sebuah estafet panjang dan melelahkan. Maka bukan kebetulan jika pada akhir-akhir hayatnya ia rnemberikan pesan berselubung bahwa pekerjaan (gawi) belum usai (tuntung). Dan tidak akan pernah usai karena itulah dinamika kehidupan. Ada generasi-generasi  berikutnya yang akan terus melanjutkannya seperti mengalirnya kehidupan yang penuh dengan perjuangan dan pengabdian. Bisa diartikan pesan simbolik dari P.M. Noor, "Teruskan...Gawi kita balum tuntung."Â
Copyrights © 2018