Kajian ini merupakan kajian estetik formalistik (estetik intrinsik) terhadap topeng Malangan. Dengan menggunakan konsep estetika Edmund Burke Feldman yang terdiri dari aspek : 1) Struktur, 2) Fungsi, 3) Gaya, dan 4) Makna, maka kajian ini diharapkan mampu menjelaskan topeng Malangan ditinjau dari segi fungsi, gaya dan struktur, serta menjelaskan interaksi medium dan makna pada topeng Malangan. Dengan metodologi kualitatif, maka penarikan data menggunakan metode observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil dari kajian ini ialah topeng Malangan memiliki fungsi sosial sebagai sarana seniman memperoleh penerimaan sosial, sebagai benda yang diciptakan untuk audiens tertentu, dan sebagai sarana mempengaruhi perilaku orang secara kolektif. Topeng Malangan memiliki fungsi fisik, sebagai souvenir, sebagai elemen estetik interior, dan sebagai salah satu properti dalam pertunjukan wayang topeng Malangan. Gaya ketepatan obyektif dan urutan formal juga nampak pada topeng Malangan. Secara umum, terdapat 15 elemen beserta stilisasinya, yang membentuk struktur topeng Malangan, elemen tersebut terdiri dari : 1) Mata, 2) Alis, 3) Hidung, 4) Bibir, 5) Kumis, 6) Jenggot, 7) Jambang, 8) Rambut, 9) Urna, 10) Hiasan, 11) Jamang, 12) Cula, 13) Sumping, 14) Isen-isen, dan 15) Warna. Gambaran angkara murka dan kebaikan budi dijelaskan melalui interaksi antar elemen tersebut, yang dapat dipahami sebagai pertarungan antara kebaikan dan keburukan yang lazim diceritakan dalam pewayangan.
Copyrights © 2015