Humaniora
Vol 20, No 2 (2008)

KISAH PENJARA ETIS DAN FILOSOFIS: ANALISIS LINTAS BUDAYA ATAS TEMBOK TIDAK TINGGI KARYA A. SAMAD ISMAIL DAN MEREKA YANG DILUMPUHKAN KARYA PRAMOEDYA ANANTATUR

Faruk HT (Unknown)



Article Info

Publish Date
09 Aug 2012

Abstract

Dalam masyarakat pascamodern seperti sekarang paradigma dalam kajian Sastra bandingan perlu diubah, dari usaha untuk menemukan keseragaman ke keanekaragaman. Tulisan ini mencoba melihat perbedaan antara Melayu dengan Indonesia dengan membandingkan novel Pramoedya Anantatur dengan Samad Ismail. Hasilnya, kedua novel tersebut memperlihatkan perbedaan yang tajam dalam usaha memahami dan memaknai kehidupan. Pramoedya memandang penjara secara filosifis, sedangkan Samad Ismail melihatnya secara etis. In a post-modern culture and society, literary comparative studies need to offer a new paradigm. In addition to finding similarities between national literatures, they also need to consider their differences. This paper attempt to investigate some possible differences between Pramoedya Anantatur’s novel entitled Mereka yang Dilumpuhkan and that of Samad Ismail entitled Tembok Tidak Tinggi. The results show that both novels have different perspectives in describing and signifying ‘prison’. The former novel deals with it from a philosophical perspective while the latter from an ethical one.

Copyrights © 2008






Journal Info

Abbrev

jurnal-humaniora

Publisher

Subject

Humanities

Description

Humaniora focuses on the publication of articles that transcend disciplines and appeal to a diverse readership, advancing the study of Indonesian humanities, and specifically Indonesian or Indonesia-related culture. These are articles that strengthen critical approaches, increase the quality of ...