Pendidikan sains di Indonesia telah menekankan pada pembelajaran berbasis proses, akan tetapi hal ini belum maksimal. Upaya yang telah ditempuh untuk menjadikan generasi muda Indonesia berliterasi sains dan berkarakter sains telah diusahakan. Generasi berliterasi, bermakna bahwa peserta didik harus melek dengan sains dan pemanfaatan sains dalam kehidupan. Menurut UNESCO ada empat pilar sebagai landasan pendidikan yaitu learning to do, learning to be, learning to know danlearning to live together. Langkah untuk menerapkan empat pilar UNSESCO pada pembelajaran sains dapat memanfaatkan kasus permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan pembelajaran. Pemanfaatan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dapat dikemas dalam suatu pendekatan pembelajaran Science, Environment, Technology,and Society (SETS). Permasalahan yang ada saat ini yaitu limbah Compact Fluorescent Lamp (CFL) yang belum termanfaatkan dan mencemari lingkungan. Limbah ini dapat diolah menjadi suatu barang yang lebih bernilai, hal ini dilakukan dengan cara melibatkan peserta didik pada proses pengolahannya. Proses pengolahan limbah ini juga dapat menambah wawasan dan pengalaman serta penerapan teori-teori pelajaran sains. Pengalaman praktikum yang didapat oleh pesert didik yaitu mengelola limbah lampu, mengidentifikasi komponen-komponen elektronika, mengukur arus, mengukur tegangan, mengukur hambatan, mengidentifikasi tabung lampu, mengenali gas pada CFL, cara mengamankan gas pada CFL dan mengkreasi lampu serta telah melakukan kegiatan pro-lingkungan. Adanya inovasi pemanfaatan limbah CFL pemebelajaran sains akan menjadi lebih bermakna dan peserta didik memiliki literasi sains dan tanggap terhadap perkembangan teknologi.Kata Kunci: sains, limbah, ballast, CFL, dan SETS
Copyrights © 2015