Badatang ‘melamar’ merupakan salah satu acara yang harus dilalui dalam perkawinan adat Banjar. Penelitian ini bertujuan membahas mengenai kesantunan badatang ‘melamar’ dalam adat Banjar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik perekaman dan wawacara. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kesantunan yang dikemukakan oleh Leech berdasarkan enam maksim, yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhaaan, maksim permufakatan, maksim kesimpatisan. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam acara badatang ‘melamar’, terdapat penerapan maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhaaan, maksim permufakatan, maksim kesimpatisan. Dalam acara ini, ini juga terdapat penanda kesantunan, yaitu menyampaikan ucapan terima kasih, menyatakan harapan positif, memberi pujian, merendahkan diri, memberi persetujuan, meminta maaf, memaklumi keadaan. Kata kunci: kesantunan, maksim, badatang, adat banjar “Badatang” is one of the events that should be held in Banjarnese traditional marriage. This research aimed to discuss the politeness on “badatang” process in Banjar tradition. The methods used in this research are the descriptive method, by using the recording and interview technique. The theory used in this study was the politeness theory that has been proposed by Leech according to six maxims, that is the wisdom, generosity, Keywords: politeness, maxim, badatang, Banjarnese custom
Copyrights © 2016