Tatanan patriarki merupakan sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Tatanan patriarki inilah yang menyebabkan perempuan menjadi subordinasi, termarginalkan, bahkan memperoleh ketidakadilan di dalam masyarakat. Tatanan patriarki mengabsahkan superioritas laki-laki dan inferioritas perempuan yang tidak hanya kita temui pada satu atau dua kelompok masyarakat namun dapat kita temui di seluruh belahan dunia dengan kasus yang paling parah terdapat pada negara-negara dunia ketiga, dimana Indonesia adalah salah satunya. Sampai hari ini catatan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan menyebutkan setiap 2 jam sekali terdapat 3 perempuan Indonesia yang mengalami kekerasan seksual dan 60% kasus kekerasan seksual terhadap perempuan terjadi di dalam ranah domestik korban. Bagi Luce Irigaray seksualitas dan hasrat laki-laki dalam bentuk alat kelamin adalah prinsip pengaturan tatanan simbolik dan melalui hal tersebut kuasa sosial dijalankan. Wacana-wacana universal, apakah itu filsafat, ilmu, atau kesusastraan semuanya diseksualisasikan dalam wacana maskulin. Jelas bagi Irigaray, nilai-nilai pencerahan (renaisans) tidak berlaku bagi perempuan. Karena hal tersebut, posisi sosial perempuan hari ini masih termaginalkan, tidak dianggap sebagai subjek melainkan sebagai objek seksual. Perempuan harus paham mengenai kondisi ini, agar tidak terus-menerus berada di dalam kekuasaan dominasi maskulin, setidak-tidaknya perempuan harus berusaha untuk keluar dari konstruk sosial yang telah dilekatkan tersebut. Yang perlu kita sadari bahwa membalikkan tatanan keseimbangan kekuasaan maskulin adalah mustahil jika tidak dilakukan secara bersama-sama oleh laki-laki dan perempuan, karena sistem patriarki telah menancapkan kukunya begitu dalam pada tatanan sosial kita.
Copyrights © 2019