Pembelajaran yang dilaksanakan di SMAN 2 Sungai Raya sangat tidak kondusif, hal ini menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa khususnya pada pelajaran Bahasa Inggris di Kelas X. Banyak siswa memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) saat dilakukan penilaian. Ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 40%. Sedangkan selebihnya memiliki nilai rendah. Pada semester ganjil siswa kelas X mempelajari Materi Ungkapan Pemaparan Jati Diri berbahasa Inggris. Metode pengajaran yang diterapkan tentu harus mempertimbangkan kebutuhan siswa SMA. Oleh karena itu maka guru menerapkan metode yang dapat membuat siswa memahami apa yang akan disampaikan guru. Salah satu metode yang dilakukan untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada Materi Ungkapan Pemaparan Jati Diri  di SMA adalah Melalui Model Pembelajaran Experiential Learning. Model Pembelajaran Experiential Learning adalah sebuah model holistic dari proses pembelajaran di mana manusia belajar, tumbuh dan berkembang. Penyebutan istilah experiential learning dilakukan untuk menekankan bahwa experience (pengalaman) berperan penting dalam proses pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainnya seperti teori pembelajaran kognitif ataupun behaviorisme. Pada pra siklus ada 15 siswa yang tuntas, kemudian meningkat pada siklus 1 menjadi 24 siswa, pada siklus 2 mencapai 32 siswa. Presentase ketuntasan siswa menunjukkan pada pra siklus 43%, kemudian meningkat menjadi 69% pada siklus 1 dan menjadi 91% pada siklus 2. Maka penelitian dengan permasalahan "Penerapan Model Pembelajaran Experiential Learning  Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Ungkapan Pemaparan Jati Diri  Di Kelas X IPA2  SMAN 2 Sungai Raya   Tahun Ajaran 2018/2019 ", dalam proses dan jangka waktu yang tidak pendek, Model Pembelajaran Experiential Learning  ini berdampak positif bagi siswa yaitu siswa kelas X IPA2 bisa meningkatkan Prestasi Belajarnya Pada Materi Ungkapan Pemaparan Jati Diri.
Copyrights © 2018