Keberadaan tanaman bambu sangat banyak di Indonesia. Bagian yang paling banyak dimanfaatkan adalah bagian batangnya sedangkan daunnya dibiarkan menjadi limbah. Padahal kandungan silika pada daun bambu cukup tinggi. Telah dilakukan penelitian sintesis nanosilika dari daun bambu dengan menggunakan metode hidrotermal dengan variasi suhu dan waktu. Ada beberapa metode sintesis nanosilika, di antaranya sol-gel, kopresipitasi, polymeric gel dan hidrotermal. Metode hidrotermal adalah metode yang paling mudah dalam eksekusinya karena tidak membutuhkan biaya besar namun menghasilkan nanosilika dengan tingkat kemurnian yang cukup tinggi. Hasil menunjukkan nanosilika yang dihasilkan bersifat multifase, yaitu fase cristobalite yang ditandai dengan munculnya peak pada sudut 2θ 23o, 32o, 44o, dan 49o; fase quartz yang ditandai dengan munculnya peak pada sudut 2θ 28o dan 38o; fase coesite yang ditandai dengan munculnya peak pada sudut 2θ 29o dan 33o. Disimpulkan bahwa, suhu dan waktu hidrotermal berpengaruh pada karakteristik nanosilika yang dihasilkan. Ukuran nanosilika terkecil yaitu 15,40 nm terbentuk pada suhu 120oC waktu 6 jam sedangkan ukuran nanosilika terbesar yaitu 27,44 nm terbentuk pada suhu 180oC waktu 6 jam. Kata kunci: daun bambu, hidrotermal, nanosilika
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2020