Dengan menggunakan pemikiran Elam, paper ini menunjukkan bahwa komunikasi teatrikal, yakni bagaimana panggung ditata, berkontribusi terhadap keberhasilan suatu pementasan. Dalam menganalisi teater, Elam menekankan eksistensi komunikasi dalam setiap pertunjukkan melalui perubahan panggung yang semula merupakan ruang yang kosong menjadi ruang yang diisi oleh “sesuatu yang tampak” dan “yang terdengar”. Bunga Penutup Abad adalah transformasi gabungan dua dari empat karya tetralogy Pramoedya Ananta Toer, yakni: Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa. Ditampilkan di dua kota, Jakarta (Agustus 2016) dan di Bandung (Maret 2017), pementasan ini mengundang minat banyak penonton. Dengan menggunakan pendekatan yang diajukan Elam mengenail semiotika teater dan drama, kami berpendapat bahwa apa yang tampak dan terdengar adalah apa yang “dibuat menjadi tampak dan terdengar”, yakni melalui naskah, akting dan teknologi yang mentransformasi ruang kosong menjadi ruang yang bermakna. Komunikasi teatrikal ini memungkinkan penonton untuk terlibat dalam pementasan. Dalam konteks Bunga Penutup Abad, ketiga faktor menjadi penentu keberhasilan pementasan. Lebih jauh lagi, keseluruhan proses dapat dianggap sebagai bentuk teknology yang mentransformasi naskah menjadi pementasan.
Copyrights © 2017