Salah satu problematika masyarakat postmodern adalah euforia perbedaan. Ketika arus multikulturalisme itu mencapai eksremitasnya, akan lahir rasisme, yaitu puncak individu atau kelompok meneguhkan perbedaannya sehingga tidak bisa dipertemukan. Wacana ini sangat bertentangan dengan penjelasan Alquran (al-Hujarat: 13), yang mengindikasikanbahwasanya seluruh bangsa adalah kawan, seluruh manusia adalah sahabat, dan tujuan yang paling akhir adalah perdamaian. Dengan pendekatan library research, kajian ini menyimpulkan bahwa konsep pendidikan multikultural berbasis Alquran dalammembangun karakter kebangsaan penting dielaborasi, yang meliputi: Ketauhidan Kemanusiaan, Persatuan, Permusyawaratan, dan Keadilan. Hal ini berdasarkan deskripsi Alquran mengenai interkoneksi dan interaksi harmonis antara manusia dengan Allah(habl ma’a Allah), manusia dengan dirinya sendiri (habl ma’a nafsih ) manusia dengan manusia (habl ma’a al-nas). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tafsir maudu’i dan metode historis-kritis-kontekstual. Dari itu, diperoleh bahwa sesungguhnya konsep pendidikan multikultural berbasis Alquran dapat membangun karakter kebangsaan dengan empat langkah, yaitu; penerapan pendidikan multikultural bersandarkan akidah, pengembangan potensi intelektual manusia, pengembangan akhlak baik terhadap sesama, penerapan menyerukan kedamaian.
Copyrights © 2018