Mahmud Darwish merupakan penyair Palestina yag terusir dari tanah airnya akibat penjajahan. Ia tinggal di pengasingan dan menulis berbagai fenomena social yang ia lihat dan alami dalam bentuk puisi.  Kondisi sosial Palestina yang mengenaskan ia ungkapkan melalui bait-bait syair yang menggugah jiwa patriotism dan nasionalisme serta membangkitkan semangat perjuangan untuk kemerdekaan Palestina dari kolonialisme Israel dan sekutunya. Kisah tentang kondisi rakyat Palestina juga tergambar jelas dalam Qashidah “âsyiq min Falisthîn” (Darwish, dalam https://www.aldiwan.net/poem2289.html). Dalam teks puisi ini, resistensi tampak pada simbol  simbol metafor yang mengarah pada sikap nasionalisme terhadap Palestina. Penyair menggunakan kata ganti orang kedua dalam berdialog  dan berkisah untuk  menimbulkan respon pembaca secara langsung sebagai mitra tutur dengan kesan yang mendalam dan menggetarkan jiwa. Puisi ini mengisahkan derita rakyat Palestina yang terusir dari kampung halamannya yang subur dan indah. Kajian resistensi ini masuk dalam wilayah kajian postkolonial dalam pendekatan poststruktural dan perspektif postmodernisme dengan metode dekonstruktif
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2020