Penelitian dan penulisan ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang pembangunan Tongkonan Bastem di Luwu, fungsi Tongkonan bagi masyarakat  Batem di Luwu, dan Perkembangan Tongkonan Bastem di Luwu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri atas empat tahapan yaitu: heuristik (pengumpulan data atau sumber), kritik sumber yang terdiri dari kritik intern dan ekstern, interpretasi atau penafsiran sumber, dan historiografi yaitu penulisan sejarah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembangunan Tongkonan Bastem dilakukan oleh dua suku besar yang ada di Sulawesi Selatan, yaitu suku Bugis (Luwu) dan Toraja. Mereka melakukan perluasan wilayah ke daerah Bastem dan membuat peradaban tersendiri, dan melakukan perkawinan antar suku, hingga akhirnya rumah Tongkonan Bastem berpadu antar dua budaya, yaitu Bugis (Luwu) dan Toraja. Fungsi Tongkonan Bastem sendiri sebagai istana atau tempat tinggal Parengge dan turunannya, sebagai lambang kebesaran dan tempat sumber kekuasaan dan peraturan pemerintah adat. Pada tahun 1998 Tongkonan Bastem tidak lagi digunakan sebagai pusat pemerintahan dan tempat upacara keagamaan. Rumah Tongkonan Bastem sudah mengalami perkembangan, seperti atapnya yang sudah menggunakan atap Seng.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2021