Pengguna media baru dan media sosial terus bertambah di Indonesia, namun faktanya pertumbuhan pengguna media sosial tidak berbanding lurus pemanfaatannya untuk aktivitas dakwah. Fokus masalah penelitian adalah konflik identitas mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatulah Jakarta dan UIN Sunan Gunung Jati dalam memanfaatkan media sosial untuk aktivitas dakwah. Penelitian ini menggunakan teori negosiasi muka Stella Sting-Toomey, konsep media sosial, dan paradigma baru dakwah. Pendekatan kualitatif dan metode studi kasus tipe kasus tunggal holistik digunakan dalam penelitian ini. Data diperoleh melalui teknik wawancara dan obsevasi. Hasil penelitian menjelaskan, mahasiswa cenderung tidak tertarik menggunakan media sosial untuk aktivitas dakwah karena kekhawatiran munculnya konflik dalam interaksi online karena akan merusak citra mereka. Mereka juga dapat dinilai atau dicap sebagai orang yang sok alim, sok suci bahkan fundamentalis dan teroris. Mereka adalah pengguna aktif media sosial dan media baru bahkan beberapa di antaranya memiliki akun media sosial lebih dari 5 jenis dan menghabiskan waktu berselancar di media sosial selama 2,5 sampai 5 jam dalam satu hari. Di sisi lain pemanfaatan media baru dan media sosial untuk dakwah Islam mendesak diadopsi karena masyarakat muslim terutama kaum muda merupakan pengguna media sosial aktif. Hal tersebut sebagai solusi agar dakwah Islam tidak ditinggal oleh umatnya harus dilakukan melalui media sosial dan media baru sebagai bentuk baru berdakwah di era internet.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2021