Istilah subaltern dihadirkan sebagai sinonim kaum proletar. Gayatri Spivak menekankan   pentingnya   melihat   mekanisme hegemonik yang tidak  disadari  mengenai  penggunaan atribut kata subaltern. Mereka berada dalam wacana  hegemonik  yang  berarti  ada  semacam manipulasi secara tidak sadar atas apa yang mereka lakukan. Dalam kajian  teoritis  Spivak,  kelompok  subaltern  adalah  kelompok  yang suaranya selalu direpresentasikan, sementara representasi hanyalah alat untuk menuju dominasi nyata. Oleh karena itu, masyarakat yang tertekan dan terjajah (subaltern), harus berbicara, harus mengambil inisiatif, dan menggelar aksi atas suara mereka yang terbungkam. Karena kekuasaan kolonial terus dipertahankan dalam dan melalui discourse (wacana) yang berbeda-beda. Sebagai kritikus feminis poskolonial Gayatri Spivak terus menerus menantang pemikiran kontemporer Barat dengan menunjukkan betapa wacana-wacana dan praktik-praktik kelembagaan dan budaya dominan telah secara konsisten mengecualikan dan meminggirkan kaum jelata (subaltern), terutama perempuan subaltern. Fokusnya pada sejarah perempuan subaltern dan kritiknya terhadap proyek subaltern telah secara radikal menantang cara identitas politik dikonseptualisasikan dalam banyak pemikiran kontemporer. Penekannya pada kemampuan kaum subaltern untuk berbicara.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2021