ABSTRAK Di Indonesia perjuangan perempuan untuk memperoleh keadilan dalam pendidikan, hingga saat ini masih terus menghadapi kendala. Akan ada beberapa faktor selama alur hidup seorang perempuan yang mempengaruhi perkembangan semangat dalam memperoleh pendidikan. Diantaranya, Sampai saat ini masih ada masyarakat yang berkeyakinan bahwa perempuan hanya akan berperan dalam ruang domestik saja yakni rumah tangganya kelak, yang kemudian hanya dipandang sebagai makhluk pelengkap saja. Sehingga meminggirkan perempuan untuk memperoleh pendidikan. Salah satu bentuk ketidakadilan untuk kaum perempuan adalah anggapan bahwa perempuan itu tidak penting, melainkan sekedar pelengkap dari kepentingan laki-laki, atau dikenal dengan istilah subordination. Dari pemahaman tersebut akhirnya perempuan dikonstruksikan agar tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena pada akhirmya akan kembali ke dapur juga. Bentuk ketidakadilan lain yakni pelabelan negatif yang dilekatkan kepada perempuan dikenal dengan istilah stereotype. Misalnya, perempuan yang melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi akan melakukan banyak kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat untuk rumah tangganya kelak, apalagi ketika pendidikannya tinggi hampir seluruh laki-laki akan minder dan perempuan tersebut terancam menjadi perawan tua.Masyarakat juga masing ada yang berkeyakinan bahwa perempuan dengan fisik yang lebih lemah dan pasif, tidak memungkinkan mereka untuk dapat memenuhi mobilitas/aktvitas sebanyak dan sekuat laki-laki. Masyarakat berasumsi bahwa pendidikan hanya dapat dicapai oleh orang-orang yang mau bergerak dengan mobilitas tinggi, yang mau menghabiskan waktunya untuk membaca buku, melakukan eksperimen berjam-jam di laboratorium, meneliti di lapangan, menulis dan berdiskusi dalam sisa waktunya, dan jika ini dilakukan oleh perempuan akan mengakibatkan mereka kehilangan identitas kewanitaannya karena tidak memiliki waktu untuk melakukan tugas-tugas kewanitaannya dirumah tangga dan keluarganya. Kata Kunci: Pendidikan, Perempuan, Gender
Copyrights © 2018