Masyarakat Kerinci sebelum kedatangan Belanda mempunyai dua pola kepmimpinan yaitu kaum adat dan ulama, mereka mempunyai peran signitifikan di tengah masyarakat Kerinci dalam menyusun serta menerapkan peraturan-peraturan yang ada. Kedatangan Kolonialisme ke Kerinci dianggap merusak struktur dan tatanan masyarakat, sehingga kaum adat dan ulama melakukan pergerakan anti penjajahan dengan berbagai bentuk dan pola perlawanan. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode kepustakaan (library research) dengan pendekatan deskriptif analisis, dengan temuan bahwa perlawanan kaum adat dipimpin oleh Depati Parbo dengan strategi bergerilya dan membangun benteng di berbagai tempat di wilayah kerinci dengan dibantu oleh depati yang lainnya. Komunikasi yang intens antar Depati dilakukan oleh kaum adat dalam membentuk pertahanan. Sedangkan perlawanan ulama dipimpin oleh H. Ismael di Pulau Tengah, perlawanan kaum ulama menggunakan justifikasi agama dengan menjadikan masjid Keramat sebagai poros utama dan pusat pergerakan perlawanan terhadap Belanda, strategi yang digunakan adalah perang secara terbuka dengan mendirikan benteng di berbagai titik di Pulau Tengah.
Copyrights © 2019