Pandemi COVID-19 telah memasuki tahun kedua dan membatasi relasi sosial anak dan remaja dengan teman- temannya. Penelitian ini bertujuan menguji persepsi anak dan remaja mengenai relasinya dengan teman di masa pandemi terhadap subjective well-being (SWB) serta menguji mode komunikasi yang digunakan oleh anak dan remaja untuk berinteraksi dengan teman yang berperan terhadap SWB. Partisipan penelitian ini (N = 1,657; 45.1% perempuan; 54.9% laki-laki) adalah anak dan remaja usia 10-18 tahun (M = 14.85) di Jawa Barat. Pengambilan data dilakukan secara dalam jaringan (daring) menggunakan Google Form dengan teknik sampling convenience. SWB diukur menggunakan Children’s Worlds Subjective Well-Being Scale 5 items (CW-SWBS5), sedangkan persepsi mengenai relasi dengan teman diukur menggunakan alat ukur relasi dengan teman dari Children’s Worlds. Data dianalisis menggunakan regresi linear berganda dan analisis deskriptif menggunakan ANOVA. Hasil menunjukkan persepsi anak bahwa mereka memiliki teman yang cukup, teman yang biasanya baik, dan teman yang memberikan dukungan saat anak memiliki masalah, berkontribusi positif terhadap SWB anak, di mana skor SWB secara signifikan lebih tinggi dibandingkan skor SWB anak yang mempersepsi tidak memiliki cukup teman, teman biasanya tidak baik, dan teman tidak memberikan dukungan saat anak memiliki masalah. Penggunaan mode komunikasi voice call, Twitter, video call, dan Instagram yang digunakan untuk berinteraksi dengan teman pada tahun kedua pandemi dapat memprediksi SWB anak dan remaja. Guna mempertahankan tingkat SWB anak dan remaja di masa pandemi, hendaknya orang tua mengizinkan anak tetap menjalin relasi sosial dengan teman-temannya menggunakan mode komunikasi daring di masa pembatasan jarak sosial di bawah supervisi orang tua.
Copyrights © 2021