Film merupakan media komunikasi yang awalnya bersifat sebagai media hiburan. Seiring berkembangnya zaman, fungsi film tidak hanya sebagai media hiburan, melainkan menjangkau lebih luas segmen sosial, kemudian film berpotensi untuk mempengaruhi khalayak banyak. Dengan demikian film mampu menyajikan sebuah realitas yang terjadi di masyarakat. Salah satu realitas sosial yang terjadi pada saat ini adalah diskriminasi gender yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Peran film dalam mempelopori diskriminasi gender memang harus dilakukan. Hal ini disebabkan karena media massa sebagai pembentuk opini, maka dibutuhkan pendekatan untuk memberitahu kepada masyarakat tentang diskriminasi gender. Terutama bagi perempuan yang lebih dominan menjadi korban diskriminasi gender. Film Kartini 2017 menceritakan bagaimana perempuan Jawa pada abad ke18 terbelakang dalam segala hal, karena pada masa itu masyarakat Indonesia masih menganut budaya patriarki. Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana representasi diskriminasi gender dalam film Kartini 2017 dan bagaimana Islam memandang kesetaraan gender. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi dan dokumentasi. Kemudian untuk menganalisis data, penulis menggunakan analisis semiotika Roland Barthes yang membagi semiotika menjadi dua tahapan yakni denotasi dan konotasi kemudian makna mitos yang menjadi ideologi dari pemaknaan denotasi dan konotasi tersebut. Terdapat 16 scene dalam film Kartini 2017 yang mengandung didalamnya nilai diskriminasi gender yang berupa, subordinasi, marginalisasi, stereotip, dan kekerasan. Hasil penelitian yang didapat yaitu penggambaran diskriminasi gender dalam bentuk pelabelan negatif pada perempuan, penomorduaan pada perempuan, dan kekerasan terhadap perempuan. Semua kategori diskriminasi tersebut disimpulkan oleh peneliti melalui metode analisis semiotika Roland Barthes.
Copyrights © 2020