Setiap manusia terlahirkan dalam keadaan yang suci. Keterbatasan berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang kiranya memiliki peran menjadikan adanya perubahan potensi menjadi buruk. Hal demikian tentu menjadi momentum narapidana teroris untuk membuat pengaruh terhadap penghuni lainnya dengan tampilan keberagamaan yang serius dan janji-janji surga atasnama jihad. Menggelandang terorisme seringkali membawa risiko pembinaan yang serius, baik sesama narapidana maupun petugas penjara. Resiko yang muncul bisa bervariasi dari pengaruh dogma keagamaan yang menggiurkan surga terhadap penghuni sehingga dimungkinkan terjadinya sel jaringan teroris baru, hingga ancaman teror karena adanya jaringan yang belum teridentifikasi di luar penjara. Jadi pembinaan menjadi sulit karena pemahaman keagamaan aparat penjara bisa didistorsi oleh narapidana teroris yang memiliki retorika buaian surga. Narapidana teroris adalah orang yang sudah terdoktrin dengan dogma keagamaan yang kuat salah tafsirnya sehingga sangat membutuhkan peran agamawan yang memiliki penguasaan agama baik. Terapi psikologis melalui penguatan nilai-nilai moral etik keagamaan dengan spirit multikulturalisme menjadi lebih penting daripada sekadar pengamanan yang berlapis.
Kata Kunci: Narapidana, terorisme, pembinaan, multikulturalisme.
Copyrights © 2012